Faktanya Terbukti: Kereta Cepat Menyambungkan ke Surabaya Menurut Ramalan Jayabaya

by -1083 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia sedang mempersiapkan proyek kereta cepat yang diberi nama Merah Putih. Kereta Cepat Merah Putih rencananya akan menghubungkan Jakarta-Surabaya melalui lintas utara melewati Cirebon dan Semarang. Proyek ini diharapkan selesai pada tahun 2025 dan bisa diujicoba pada tahun 2026.

Pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya sebenarnya membuktikan bahwa ramalan Jawa Kuno benar-benar terbukti di masa kini. Jauh sebelum kereta cepat diwacanakan dan kereta api pertama di Indonesia hadir, penguasa Kediri sudah memprediksi hal ini.

Pada abad ke-12, di Jawa terdapat penguasa populer dari Kerajaan Kediri bernama Jayabaya. Ia terkenal bukan hanya dari segi kekuasaan, tetapi juga dari ramalannya. Salah satu ramalannya adalah tentang “Tanah Jawa kalungan wesi” yang berarti “Pulau Jawa berkalung besi”.

Pada saat itu, penduduk tidak mengerti apa maksud dari perkataannya. Namun, ramalan itu tetap hidup di tengah masyarakat Jawa. Hingga akhirnya, ramalan itu menjadi kenyataan. Tepat pada tanggal 17 Juni 1864, di tanah Jawa mulai dibangun jalur rel sepanjang puluhan kilometer.

Rel-rel ini kemudian menjadi jalur kereta api. Ya, tepat pada tanggal itu, kereta api pertama di Indonesia hadir. Kereta api ini menghubungkan Semarang-Solo-Jogja.

Menurut paparan Sejarah Perkeretaapian Indonesia (1997), tujuan dari hadirnya “kalungan besi” ini adalah untuk mempermudah mobilitas logistik hasil bumi. Sebelumnya, hasil-hasil pertanian di Jawa diangkut dengan mengandalkan tenaga manusia atau hewan.

Cara ini sangat tidak efisien dan tidak efektif mengingat jarak lokasi perkebunan, perkotaan, dan pelabuhan sangat jauh. Setiap kali ada pengangkutan, kualitas hasil perkebunan akan menurun. Perusahaan dan pemerintah pun merugi. Terlebih lagi, ekspor pertanian di Jawa sedang berada pada titik tertinggi setelah penerapan cultuur stelsel sejak 1830.

Berdasarkan hal ini, pembangunan kereta api di Jawa tidak bisa ditolak lagi. Gubernur Jenderal segera memerintahkan proyek kereta api pada tahun 1862 dan dua tahun kemudian proyek ini terwujud. Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menjadi perusahaan swasta yang diberikan hak oleh pemerintah Belanda untuk mengurusi kereta api.

Pada saat itu, jenis kereta api masih menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran kayu di tungku lokomotif. Meskipun sederhana, keberadaan kereta api ini berhasil mengubah sejarah pulau Jawa.

Perubahan ini tidak hanya tentang percepatan mobilitas pihak kolonial yang menguras kekayaan Indonesia, tetapi juga tentang pertumbuhan wilayah setempat.

“Wilayah di sekitar jalur rel banyak didatangi orang. Praktis mereka mampu memantik bangkitnya perdagangan lokal,” tulis Ambar Wulan dalam Peranan dan Perkembangan Kereta Api di Jalur Semarang-Solo pada Tahun 1864-1870 (1985).

Dari situ, mulai tumbuh kota-kota baru yang dihuni oleh ribuan orang. Bahkan, keberadaan jalur kereta api pertama ini memicu pembangunan proyek jaringan kereta api yang lebih luas di Jawa. Pada tahun yang sama, pemerintah berencana membangun jaringan kereta api Batavia-Buitenzorg.

Pada akhirnya, sejak abad ke-20, hampir setiap sudut pulau Jawa terhubung oleh jaringan kereta api. Jenis keretanya pun beragam, bukan hanya kereta uap tetapi juga kereta listrik. Jalur kereta api listrik pertama adalah rute Batavia-Buitenzorg pada tahun 1918.

Secara perlahan, seiring perkembangan teknologi, kereta listrik menjadi dominan dan semakin membuktikan bahwa ini adalah transportasi yang paling efisien dan murah hingga saat ini.

Sekarang, kota-kota besar di Jawa sudah “berkalung besi”. Dengan hadirnya kereta cepat Jakarta-Bandung yang akan dilanjutkan ke Surabaya, ramalan kuno Jayabaya pada abad ke-12 semakin terbukti: “Kakung besi” sudah melingkari Jawa.