Sosok Pengusaha RI Ini Percaya Prabowo-Gibran akan Menang di Pilpres

by -1417 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Pemilihan Presiden RI untuk periode 2024-2029 sudah dekat. Banyak pihak memberikan komentar, salah satunya pengusaha nasional sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hadhim Djojohadikusumo.

Sesuai rapat pimpinan nasional Partai Gerindra di The Darmawangsa Jakarta, Senin (23/10/2023), dia yakin bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka akan menang dalam pesta demokrasi tersebut.

“Pasti menang,” kata dia.

Hashim juga menilai Prabowo dan Gibran adalah pasangan yang sangat cocok. Dia mengatakan Prabowo merupakan perwakilan dari pemimpin senior yang kaya pengalaman. Sementara, Gibran mewakili anak muda yang penuh inovasi dan pemikiran baru.

“Saya kira ini luar biasa, kombinasi top,” tutur dia.

Terlepas dari itu, Hashim sendiri bukanlah nama baru di dunia politik dan bisnis Indonesia. Dia adalah pengusaha ulung yang juga merupakan anak ke-4 dari Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Sigar yang lahir pada 5 Juni 1954. Artinya, dia juga adalah adik dari Prabowo Subianto.

Lalu, siapa sebenarnya Hashim?

Hashim awalnya tidak ingin menjadi pengusaha, apalagi politisi. Cita-cita awalnya adalah menjadi pilot pesawat tempur. Sayangnya, cita-cita itu tidak tercapai setelah dia didiagnosa memiliki mata minus dan harus menggunakan kacamata.

Akhirnya, seperti yang ditulis William Pratama Subagja dalam bukunya “Kaum Supertajir Indonesia” (2013), dia memilih untuk kuliah di luar negeri. Dia pergi ke California, Amerika Serikat, untuk belajar bisnis di Panoma College pada tahun 1976. Setelah lulus, dia melanjutkan ke Prancis untuk magang sebagai analis keuangan di perusahaan investasi ternama, Lazard Freres Et Cie.

Hashim menjelaskan bahwa keputusannya untuk beraktivitas di luar negeri adalah untuk menghindari tudingan memanfaatkan posisi ayahnya. Pada saat itu, Soemitro sedang menjabat sebagai Menteri Riset Indonesia periode 1973-1978. Baru setelah sang ayah pensiun, Hashim kembali ke Indonesia dan memulai bisnisnya.

“Saya merasa tidak enak. Jadi ketika saya pulang, ayah saya sudah bukan seorang pejabat lagi. Lebih enak, tidak ada yang menuduh bahwa saya berbisnis karena fasilitas orang tua,” kata Hashim seperti dikutip Didin Abidin Masud dalam bukunya “Pergulatan 26 Manajer Indonesia Menuju Sukses” (1997).

Di Indonesia, Hashim langsung menjadi direktur di perusahaan konsultan bisnis milik Sumitro, Indo Consult. Setelah dua tahun, pada tahun 1980, dia mulai mendirikan perusahaan sendiri, yaitu PT Era Persada yang bergerak di sektor perdagangan. Pada saat itulah ide bisnis Hashim untuk bisnis semen muncul.

Masih mengutip paparan William Subagja, Hashim melihat bahwa bisnis semen memiliki potensi yang besar. Pembangunan yang besar pada era Presiden Soeharto pasti membutuhkan semen sebagai bahan dasar. Dan bisnis ini pasti akan terus dibutuhkan oleh banyak orang di masa depan. Mungkin, Hashim mengambil contoh dari taipan Sudono Salim yang sukses setelah mendirikan pabrik semen pertama dengan merek Indocement.

Tanpa membutuhkan waktu lama, Hashim pun langsung terjun ke industri semen. Pabriknya diberi nama Semen Cibinong. Beruntung bagi Hashim, pada saat memulai bisnis, terjadi kelangkaan pasokan semen di Indonesia. Semen Cibinong langsung mendapatkan permintaan yang tinggi dari masyarakat dan perusahaan ini pun untung berkali-kali lipat.

Lambat laun, Hashim tidak hanya berbisnis di sektor semen. Dia juga terlibat dalam bisnis di sektor lain. Dia memiliki PT Tidar Kerinci Agung yang bergerak di industri kelapa sawit. Selain itu, ada juga PT Prahabima yang memiliki Bank Perkembangan Asia. Ada pula PT Tirtamas Majutama yang bergerak di bidang sumber daya, manufaktur, dan perdagangan. Terakhir, dia juga memiliki PT Bank Universal dan PT Ina Persada.

Tidak hanya di dalam negeri, bisnis Hashim juga meluas ke luar negeri. Dalam wawancara bersama CNBC Indonesia (11 Agustus 2022), Hashim mengungkapkan bahwa dia telah berbisnis minyak di Rusia selama 34 tahun. Dia memiliki ladang minyak di Kazakhstan dan sumur minyak di Azerbaijan dan Amerika Serikat.

Di masa Orde Baru, bisnis Hashim terbilang kuat. Saat terjadi krisis moneter pada tahun 1998, bisnis Hashim sempat goyah, tetapi masih bertahan hingga sekarang. Saat ini, seluruh bisnisnya berada di bawah naungan Arsari Group yang didirikan pada tahun 2013. Berkat jaringan bisnis yang luas, Hashim pernah dinobatkan oleh Forbes sebagai orang terkaya ke-40 di Indonesia dengan kekayaan US$ 685 juta atau Rp 10,4 triliun.

Saat ini, Hashim tidak hanya terlibat dalam politik, tetapi juga aktif dalam bidang filantropi. Dia terlibat dalam rehabilitasi Harimau Sumatera, penyelamatan benda-benda bersejarah yang berada di luar negeri, dan penulisan sejarah Indonesia.

[Gambas:Video CNBC]
– (mfa/wur)