Jakarta, CNBC Indonesia – Menjadi orang kaya adalah impian semua orang. Banyak orang bekerja keras agar bisa memperoleh kekayaan dan hidup berkecukupan.
Namun, apa jadinya jika kekayaan yang diperoleh didapatkan dari penipuan? Setidaknya itulah yang dialami oleh Guo Wengui. Pada awalnya, Guo benar-benar berbisnis.
Sebagaimana dilaporkan oleh South China Morning Post (SCMP), Guo mulai berbisnis pada usia 13 tahun. Saat itu, dia yang berhenti sekolah berdagang pakaian dan barang elektronik.
Namun sayangnya, bisnis tersebut tidak berlangsung lama karena dia harus ditahan oleh polisi. Penahanan tersebut terjadi karena dia ketahuan memberikan dana kepada mahasiswa selama Demonstrasi Tiananmen pada tahun 1989. Akibatnya, dia dipenjara selama 22 bulan.
Selama menjalani masa penjara, dia bertemu dengan seorang narapidana yang mengubah hidupnya. Mengutip dari The New Yorker, setelah dibebaskan, narapidana tersebut mengajak Guo bekerja di perusahaan milik taipan Hong Kong, Xia Ping.
Dari situlah dia belajar banyak tentang bisnis dan akhirnya berani menjalankan perusahaannya sendiri, Big Boss Furniture. Tidak hanya itu, dia juga terlibat dalam berbagai proyek prestisius.
Salah satunya adalah pembangunan gedung pencakar langit di kota Zhengzhou. Di sana, Guo mendirikan Perusahaan Properti Zhengzhou Yuda dan membangun gedung tertinggi di kota tersebut, Yuda International Trade Centre.
Selain itu, dia juga berhasil membangun pusat perbelanjaan Pangu Plaza di Beijing. Berkat kedua proyek tersebut, dia semakin dikenal dan banyak orang mempercayai proyek propertinya.
Namun, kesuksesan bisnis properti ini patut dipertanyakan. Pasalnya, otoritas China pernah menetapkan Guo sebagai tersangka kasus korupsi dan penipuan. Namun, saat hendak ditahan, dia berhasil kabur dari China dan menetap di Amerika Serikat pada tahun 2014. Namanya pun dimasukkan dalam daftar buronan oleh kepolisian.
Setelah tiba di Amerika Serikat, dia memulai bisnis dari nol dengan modal kekayaannya dari China. Dengan menggunakan nama besar yang dimilikinya, Guo dengan mudah mendapatkan relasi bisnis.
Bahkan, dia berhasil menjalin kemitraan dengan Presiden Donald Trump. Mengutip dari Wall Street Journal, kedekatannya dengan Trump membawa keuntungan bagi Guo.
Saat akan ditangkap oleh Interpol atas perintah kepolisian China, dia selalu berhasil lolos, terutama berkat perlindungan Trump.
Selama berada di Amerika Serikat, Guo diketahui memiliki banyak aset. Dia memiliki kapal pesiar senilai US$37 juta atau sekitar Rp568 miliar. Dia juga memiliki rumah mewah di New Jersey senilai triliunan rupiah dan mobil sport Bugatti yang dibuat khusus senilai US$4,4 juta atau sekitar Rp67 miliar.
Namun, bisnisnya di Amerika Serikat tidak berlangsung abadi. Ketika Trump tidak lagi menjabat, Guo menjadi target kepolisian. Kali ini, karena tidak ada perlindungan, Guo berhasil ditangkap oleh kepolisian Amerika Serikat.
Pada tanggal 15 Maret 2023, Guo resmi ditahan oleh kepolisian Amerika Serikat atas kasus penipuan. Dia didakwa telah menipu ribuan pengikutnya dengan kerugian lebih dari US$1 miliar atau sekitar Rp15 Triliun melalui skema investasi.
Kasus ini bermula ketika Guo mengajak para pembelot dari China yang tinggal di luar negeri untuk berinvestasi. Dia meyakinkan mereka untuk berinvestasi di perusahaan medianya, GTV. Guo meyakinkan mereka bahwa keuntungan akan dibagikan sesuai dengan laba perusahaan.
Namun, uang yang dikirimkan oleh para pembelot tersebut malah digunakan oleh Guo untuk membeli barang mewah. Jadi, ternyata barang mewah yang dipamerkan oleh Guo berasal dari hasil penipuan.
Parahnya, Guo tidak hanya didakwa dengan kasus penipuan. Dia juga akan didakwa atas kasus pencucian uang, konspirasi, dan penipuan sekuritas. Saat ini, dia sudah ditahan oleh pihak berwajib.
Seluruh harta miliknya disita dan Guo juga menyatakan diri bangkrut di pengadilan. Akibatnya, dia jatuh ke dalam keadaan miskin.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Kisah Atlet Rp 1,8 T, Dulu Sukses Kini Bangkrut-Masuk Penjara
(mfa/sef)