Jakarta, CNBC Indonesia – Semua orang sepakat bahwa penyakit adalah musibah. Namun, ada yang percaya bahwa di balik musibah itu ada kemudahan dan keberkahan.
Begitulah yang dialami oleh keluarga Edward di Utah, Amerika Serikat (AS). Rasa sakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarganya malah menjadi inspirasi bisnis yang sukses menghasilkan cuan.
Lantas, bagaimana ceritanya?
Cerita bermula ketika Judy Edwards, ibu dari dua anak, mengalami sembelit saat buang air besar (BAB). Tiap kali ingin membuang kotoran, Judy selalu uring-uringan.
Berbagai obat sudah ditenggaknya tetapi tidak membuahkan hasil sama sekali. Malahan seiring berjalannya waktu sembelitnya makin menjadi-jadi.
Kondisi pun kian parah usai Judy didiagnosa menderita ambeien atau wasir. Ini kemudian menambah kesulitannya.
Hingga akhirnya di suatu waktu pada 2010, dia menemui seorang terapis. Kata terapis itu Judy harus mengubah caranya BAB.
Perlu diketahui, Judy seperti orang AS menggunakan toilet duduk untuk BAB. Masalahnya, toilet duduk dari segi medis tidak efektif karena tidak ada tekanan terhadap perut sehingga pengeluaran feses bakal lebih sulit.
Sedangkan, toilet jongkok membuat feses seseorang keluar lebih sempurna karena ada tekanan di perut yang mengurangi kapasitas perut. Oleh karena itu, Judy mau tidak mau harus jongkok saat BAB karena WC di rumahnya model duduk.
Dari sinilah dia berputar otak mencari cara. Bagaimana bisa?
“Dia sempat benar-benar jongkong di atas WC, tetapi itu sangat tidak nyaman. Lalu, mencoba mengganjal kaki dengan buku, ember, dan peralatan rumah tangga supaya bisa tertekuk dan memberi tekanan pada perut,” kata Judy kepada laman resmi Squatty Potty.
“Namun, semua itu gagal dan membuatnya tidak nyaman,” tambahnya.
Di saat Judy kesulitan ini, anaknya bernama Bobby membuatkan kursi jongkok dari kayu. Kursi itu kemudian jadi ganjalan buat kaki ibunya supaya BAB-nya lancar.
Berkat bantuan benda itu dari sang anak, Judy akhirnya merasa nyaman dan fesesnya keluar lancar. Dari sini, dia selalu menggunakan benda buatan anaknya itu.
Di Indonesia, kursi jongkok memang bukan barang yang asing. Benda itu biasa ditemukan di tukang perabot dan dijual secara murah meriah.
Foto: Seorang pria duduk di toilet sambil bermain telepon genggam. (Dok. CNBC Make It)
Seorang pria duduk di toilet sambil bermain telepon genggam. (Dok. CNBC Make It) |
Namun, hal ini jelas berbeda di AS ketika kursi jongkok menjadi sesuatu yang aneh. Keanehan ini semakin meluas ketika Edward, anak kandung Judy, membagi-bagikan kursi jongkok buatan Bobby di hari raya Natal kepada teman-temannya yang mengalami sembelit.
Tak disangka, benda itu menjadi sangat populer. Orang AS merasa kagum terhadap kursi jongkok.
Dari sini, banyak orang mendorong keluarga Edward menjualnya secara komersil. Hingga akhirnya bermodalkan US$ 35.000, satu keluarga itu memulai produksi kursi jongkok bermerek Squatty Potty yang akan dipasarkan di website keluarga.
Judy memutuskan bangku tersebut harus terbuat dari plastik agar harganya bisa terjangkau. Tak disangka mereka pun mendapat pesanan besar pertama mereka.
“Pesanan pertama itu sekitar 2.000 Squatty Potty yang datang dari China dengan kontainer besar yang penuh,” kata Bobby kepada CNBC International, dikutip Rabu (3/11/2023).
Sejak itu, penjualan Squatty Potty laris manis. Bahkan di tahun pertamanya, keluarga itu sukses meraup untung hingga US$ 1 juta atau Rp 16 miliar.
Kini, mengutip laman resminya, keluarga Edward sudah mendapat investasi US$ 350.000 dari Shark Tank. Keluarga memperoleh cuan US$ 15 juta atau Rp 229 miliar.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Belum Banyak Orang Tahu, Ini Asal Usul Kekayaan Jokowi
(mfa/sef)