Tahanan Israel Meningkatkan Kekayaan dan Membantu Palestina

by -1158 Views

Pengusaha kaya asal Palestina, Bashar Masri, menjadi perhatian seiring dengan meningkatnya konflik bersenjata antara Israel dan Hamas. Dia telah memberikan bantuan pembangunan kepada masyarakat Palestina, meskipun saat ini masyarakat Palestina di Gaza tengah menghadapi serangan dari pasukan Israel.

Bashar Masri berasal dari keluarga al-Masri dan lahir di Nablus, Palestina pada tahun 1961. Dia adalah keluarga dari Munib al-Masri, yang menjadi orang terkaya di Palestina saat ini.

Dia tumbuh besar dalam situasi konflik. Ketika berusia enam tahun, dia menyaksikan kekejaman militer Israel dalam peristiwa yang dikenal sebagai Perang Enam Hari pada tahun 1967. Pada saat itu, Israel secara tiba-tiba dan sepihak menguasai wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, dan Dataran Tinggi Golan. Militer Israel juga mengusir 750.000 penduduk Palestina dan merusak tempat tinggal mereka.

Bashar yang merupakan pengusaha melihat kekerasan sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik selama masa kecilnya. Dia sering merencanakan demonstrasi dan menulis surat protes kepada berbagai pihak atas penindasan yang dialami oleh warga Palestina. Namun, tindakan Bashar ini membawa risiko tinggi, seperti kemungkinan ditangkap oleh otoritas Israel. Meskipun demikian, dia tidak takut dan terus melawan dengan penuh semangat.

Bashar pernah ditangkap oleh otoritas Israel setelah melempar batu ke tentara dalam sebuah demonstrasi. Pada usia 14 tahun, dia ditahan dan dipenjara. Namun, hal ini tidak menghentikan semangatnya. Setelah dibebaskan, dia melanjutkan perjuangannya. Pada usia 16 tahun, tahun 1975, dia dipenjara untuk kedua kalinya karena melawan pemerintah Israel. Dia harus menjalani ujian sekolah di dalam penjara.

Setelah masa tahanannya berakhir, orangtuanya mengirim Bashar ke Kairo, Mesir untuk bersekolah. Di sana, dia belajar dengan serius dan berhasil kuliah di Amerika Serikat dan Inggris. Pada saat itulah pandangan Bashar tentang kekerasan sebagai cara untuk melawan Israel mulai berubah.

Sejak tahun 1990-an, ketika tinggal di luar negeri, Bashar memulai karirnya. Dia bekerja di banyak perusahaan manajemen dan konsultan yang berbasis di Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Inggris. Dia juga memiliki perusahaan sendiri di sektor real estate di Maroko, Libya, Yordania, dan Mesir. Dia mulai membangun kekayaannya dari sini.

Meski sukses, Bashar tidak melupakan tanah airnya. Dia beberapa kali mencoba pulang ke Palestina, tetapi selalu gagal. Pada tahun 1991, dia bahkan dideportasi oleh Israel karena dianggap sebagai sosok yang berbahaya. Baru pada tahun 1994, pintu masuk ke Palestina mulai terbuka baginya. Dia langsung terbang ke Tel Aviv dan mengunjungi Nablus. Di sana, dia terkejut melihat kondisi sengsara yang dialami oleh warga Palestina. Dia bertekad untuk membantu membangun bangsa dan memberikan kesempatan kepada rakyat Palestina.

Tekadnya tersebut terwujud dengan pembangunan kota modern pertama di Palestina yang dinamakan Rawabi. Pembangunan Rawabi menghabiskan dana sebesar US$1,4 miliar atau sekitar Rp22 triliun yang didanai oleh investor di bawah pengawasan perusahaan investasi Bashar, Massar International Ltd. Selama pembangunan, Rawabi memberikan lapangan kerja kepada masyarakat lokal. Bagi Bashar, ini adalah perjuangan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, pendidikan, dan pembangunan bangsa Palestina. Dengan adanya lapangan kerja, Palestina dapat tumbuh dan mencapai kemerdekaannya.

Meskipun Palestina sering kali mengalami serangan brutal dari Israel, upaya pembangunan ini telah membuat Palestina kembali “hidup” lagi. Namun, proyek pembangunan ini juga mendapat kritik dari kelompok pro-Palestina karena Bashar terlibat dalam kerjasama dengan pihak Israel. Bashar mengakui adanya kerjasama tersebut, tetapi dia berargumen bahwa itu semua dilakukan untuk kepentingan dan kemaslahatan rakyat Palestina. Kerjasama ini juga diperlukan untuk menarik perhatian dunia internasional. Bashar berharap bahwa keberhasilan proyek Rawabi dapat menjadi kebanggaan nasional dan membuktikan bahwa Palestina dapat membangun negara mereka sendiri.

Proyek ini telah berlangsung sejak tahun 2000 dan mulai menunjukkan hasilnya. Selama pembangunan, Rawabi telah memberikan lapangan kerja kepada 10.000 warga Palestina. Beberapa hari sebelum terjadinya konflik antara Hamas dan Israel, Bashar bahkan diliput oleh media lokal saat sedang memantau proyek investasi manufaktur di sana.

Tidak hanya mengurus proyek Rawabi, sejak tahun 2021, Bashar juga sedang membangun proyek bernama Lana di Yerusalem Timur, yang merupakan kota mandiri modern kedua di Palestina. Selain itu, dia juga menjabat sebagai CEO perusahaan investasi PADICO yang telah mengelola dana sebesar US$815 juta atau sekitar Rp12,7 triliun untuk pembangunan sektor keuangan, energi, industri, dan properti. Semua keuntungan dari perusahaan ini dialihkan untuk kemaslahatan rakyat Palestina.

Berkat upaya dan kontribusinya, Bashar pernah dinobatkan oleh majalah Fortune sebagai pemimpin dunia yang berpengaruh pada tahun 2018.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya:
Miliarder AS Ini Menolak Pekerjakan Mahasiswa Pro Palestina

(mkh/mkh)