Eks PM Israel yang Terkaya: Pemerintahannya dikecam karena Kekerasan terhadap Palestina yang Menderita

by -738 Views
Eks PM Israel yang Terkaya: Pemerintahannya dikecam karena Kekerasan terhadap Palestina yang Menderita

Ariel Sharon adalah mantan Perdana Menteri Israel ke-11 (2001-2006) yang memiliki latar belakang militer. Ia menghabiskan 26 tahun dalam tugas militer yang melibatkan pertempuran melawan Palestina dan negara tetangga.

Namun, ketika usia tua, kesehatan Ariel Sharon menurun drastis akibat stroke parah yang membuatnya koma selama delapan tahun. Ia meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2014 pada usia 85 tahun.

Ariel Sharon terlibat dalam perang pada saat Israel memproklamasikan negara mereka pada tahun 1948. Ia menjadi komandan perang yang penting pada periode tersebut. Pada usia yang sangat muda, Ariel Sharon sudah menjadi pendukung gerakan Zionisme dan telah menggunakan senjata untuk menyerang rakyat Palestina. Oleh karena itu, David ben-Gurion, pendiri negara Israel, mempercayakan Ariel Sharon sebagai komandan militer pada usia yang sangat muda.

Pertempuran pertama Ariel Sharon terjadi selama Perang Arab-Israel pada tahun 1948. Dalam autobiografi yang berjudul “Warrior: The Autobiography of Ariel Sharon” (2001), Ariel Sharon memiliki peran penting dalam mempertahankan Kota Yerusalem dari serangan musuh. Meskipun terluka parah, kepemimpinan Ariel Sharon diakui berhasil. Militer Israel juga berhasil mengalahkan militer negara Arab yang menyebabkan puluhan ribu tentara dan rakyat sipil tewas.

Kesuksesan Ariel Sharon mengangkat namanya dalam karir militer. Ia memimpin berbagai pertempuran besar seperti Krisis Suez (1956), Perang Enam Hari (1967), dan Perang Yom Kippur (1973). Selain itu, ia juga terlibat dalam serangan terhadap warga Palestina seperti Pembantaian Qibya (1953), Pembantaian Sabra dan Shatila (1982), Intifada II, dan Perang Palestina-Israel (2000).

Salah satu tragedi yang membuat nama Ariel Sharon terkenal adalah Pembantaian Sabra dan Shatila. Ketika itu, tentara Israel di bawah pimpinan Ariel Sharon mengejar pasukan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang melarikan diri ke Lebanon. Tentara Israel tidak hanya menargetkan para militan, tetapi juga menghancurkan kamp pengungsi warga Palestina dan Lebanon yang tidak bersalah. Dalam pembantaian tersebut, sekitar 2.000-3.500 warga sipil tewas. Banyak korban yang merupakan perempuan, anak-anak, dan orang tua. Selain itu, tentara dan milisi melakukan pemerkosaan, mutilasi, dan interogasi yang kejam. Laporan independen bahkan menyebutkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 20.000 orang.

Ariel Sharon dijuluki sebagai “tukang jagal” karena kebrutalannya dalam peristiwa tersebut.

Setelah pensiun dari militer, Ariel Sharon terlibat dalam politik praktis. Berkat prestasi militer yang ia miliki, ia berhasil menjadi Perdana Menteri Israel ke-11 setelah memenangkan pemilihan pada tahun 2001. Selama berkuasa, ia juga melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Ia berencana membangun tembok pemisah di sekitar Tepi Barat untuk mengurung rakyat Palestina di wilayah tersebut.

Selama masa kekuasaannya, Ariel Sharon juga dikenal sebagai Perdana Menteri Israel yang terkaya sepanjang masa dengan kekayaan sebesar US$ 11,3 juta atau sekitar Rp xx T. Kekayaannya berasal dari peternakan, pertanian, dan kepemilikan properti.

Namun, keberhasilan dan kekayaannya lenyap ketika ia terserang stroke pada tahun 2005. Stroke tersebut membuatnya harus menghabiskan waktu di rumah sakit dan berhenti dari jabatannya untuk fokus pada pemulihan kesehatannya. Meskipun telah menjalani berbagai pengobatan, Ariel Sharon tidak kunjung pulih. Matanya selama delapan tahun dalam keadaan terbuka dan ia hanya mampu makan dan minum dengan bantuan selang.

Pada tanggal 11 Januari 2014, Ariel Sharon resmi dinyatakan meninggal dunia pada usia 85 tahun setelah delapan tahun berada dalam kondisi koma.