Prabowo Subianto mengambil pelajaran strategi pertempuran dari tokoh legendaris Tiongkok kuno, Zhuge Liang. Zhuge Liang dikenal sebagai ahli strategi paling cerdik dalam sejarah Tiongkok dari negara Shu Han, yang dipimpin oleh seorang raja bernama Liu Bei. Meskipun cerdas dalam hal siasat dan muslihat, Zhuge Liang tidak ambisius akan kekuasaan. Ia mengikuti Liu Bei karena terharu dengan keikhlasan dan kemurnian hati Liu Bei.
Salah satu strategi yang menonjol dari Zhuge Liang adalah ketika ia melakukan penyerangan ke selatan untuk memulihkan kembali Dinasti Han dengan menaklukkan Nanzhong yang dihuni oleh suku Nanman di selatan Shu Han. Zhuge Liang berhasil menangkap pemimpin Nanzhong yang bernama Meng Huo, namun ia selalu melepas Meng Huo dengan tujuan untuk mendapatkan penyerahan diri yang sepenuhnya dari lawannya. Strategi ini berhasil, dan Meng Huo akhirnya menyerah tunduk pada Zhuge Liang, serta dijadikan Gubernur di wilayah selatan tersebut.
Dari pendekatan Zhuge Liang terhadap perang, kita bisa belajar bahwa negosiasi dan penggunaan siasat lebih efektif daripada kekerasan. Zhuge Liang selalu memperhitungkan cuaca, iklim, medan, dan menggunakan ilmu intelijen yang baik. Ia juga menggunakan mata-mata di berbagai tempat. Dengan pendekatan yang bijaksana, Zhuge Liang menjadi lambang seseorang yang sangat menguasai seni perang.
