Terkadang Kita Perlu Menghormati Musuh dan Lawan

by -1238 Views
Terkadang Kita Perlu Menghormati Musuh dan Lawan

Saya adalah seorang prajurit. Saya mampu memimpin operasi tempur. Kita harus selalu siap bertempur. Namun, saya yakin bahwa jalan terbaik adalah yang tanpa kekerasan. Penyelesaian konflik terbaik adalah menghindari perang. Saya selalu berpandangan bahwa lawan juga merupakan seorang pendekar. Lawan harus dihormati. Kita mungkin berseberangan, tetapi kita harus selalu berkomunikasi. Kita harus mencari jalan keluar dari setiap pertikaian.

Pelajaran nenek moyang kita mengajarkan ‘menang tanpa melukai’. Kemenangan terbaik adalah kemenangan tanpa menimbulkan sakit hati, kebencian, atau rasa dendam. Bagaimana cara mencapai itu? Ada ajaran bahwa kita harus bisa merasakan pihak orang lain, merasakan kesulitan mereka, dan merasakan penderitaan mereka seperti kita merasakan penderitaan anak buah kita.

Saya tidak akan pernah lupa pengalaman saya dengan komandan sektor di Timor Timur, Letkol Sahala Rajagukguk. Dia memberikan saya sebuah pelajaran berharga. Saat saya pertama kali ditempatkan di bawah komandonya, dia memberi saya sebuah tugas. Waktu itu, saya terkejut saat dia memberi waktu tambahan untuk menyelesaikan tugas karena dia dapat merasakan kelelahan dan beban tugas yang kami hadapi.

Pada awal karier saya, saya melakukan operasi pertama saya sebagai Letnan Dua di Timor Timur. Saya memiliki minat yang sangat besar terhadap perang sejak kecil. Saya mempelajari banyak teknik perang dan belajar dari banyak senior saya, termasuk Kapten Hendropriyono. Saya menjalankan operasi di bawah komando Mayor Infantri Yunus Yosfiah di Nanggala 10 dan menjadi komandan unit setelah beberapa perwira lain gugur atau terluka.

Dari pengalaman saya, saya berpendapat bahwa pentingnya dukungan rakyat dalam sebuah perang. Hal ini sesuai dengan ajaran senior kami bahwa “prajurit adalah ikan, rakyat adalah air laut.” Tanpa rakyat, prajurit tidak akan bertahan. Dukungan rakyat sangat vital dalam perang gerilya dan perang anti-gerilya. Tidak mungkin sebuah operasi perang akan berhasil tanpa dukungan rakyat.

Ada fitnah tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh TNI di Timor Timur. Meskipun ada pelanggaran di sana-sini, tidak ada pelanggaran yang direncanakan atau diperintahkan oleh atasan. Operasi perang gerilya dan perang anti-gerilya akan gagal tanpa dukungan rakyat.

Saya selalu berpandangan bahwa lawan juga merupakan seorang pendekar. Saya belajar hal ini dari cerita-cerita sejarah dan cerita-cerita pahlawan di mana-mana. Saya pernah merasakan saat berhadapan dengan seorang komandan musuh yang tangguh. Walaupun dia luka parah dan hampir tewas, saya merasa bahwa saya harus menghormatinya. Saya menyelamatkannya karena dia merupakan lawan yang tangguh dan patut dihormati.

Begitulah pendekatan dan teknik perang yang saya yakini. TNI harus merebut hati rakyat dan tidak akan menyakiti hati rakyat. Itu adalah prinsip delapan wajib TNI yang saya yakini.

Kisah saya dengan komandan sektor, pengalaman di Timor Timur, dan banyak cerita lainnya telah membentuk pendekatan dan teknik-teknik perang yang saya yakini. Saya yakin bahwa pendekatan ini merupakan jalan terbaik untuk menang tanpa harus menimbulkan sakit hati, kebencian, atau dendam.

Source link