Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur, mengingatkan jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul, Yogyakarta, yang mengaku menelepon Allah SWT dalam menetapkan 1 Syawal 1445 Hijriah pada Jumat kemarin, jangan mempermainkan ajaran Islam.
Menurut dia, aliran seperti jemaah Masjid Aolia ini harus dicegah. “Fenomena kelompok masyarakat Aolia di Padukuhan Panggang, Gunung Kidul, Yogyakarta, yang berhari raya hari Jumat kemarin dengan dalih tokoh panutan mereka berbicara langsung dengan Allah SWT, ini sungguh memprihatinkan, harus dicegah dan tidak boleh terulang kembali,” ujar Gus Fahrur dalam keterangannya, Sabtu (6/4/2024).
Gus Fahrur mengajak setiap tokoh agama beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar. Ia berharap, semua umat Islam khususnya tokoh agama, harus beribadah sesuai ajaran agama Islam yang benar. Dengan cara menggunakan ilmu dan akal sehatnya. “Tidak boleh mempermainkan ajaran agama Islam dan berdalih telah berbicara langsung dengan Gusti Allah SWT,” katanya.
Menurut Gus Fahrur, agama adalah tuntunan dan ajaran yang berlaku untuk masyarakat umum. Karena itu, setiap orang tidak boleh mengaku asal-asalan. “Maka tidak bisa seseorang secara asal-asalan ngaku sudah komunikasi langsung dengan Gusti Allah. Pengakuan semacam itu tidak sah dan tidak boleh dijadikan dasar tuntunan agama,” tegasnya.
Gus Fahrur menjelaskan, dasar ibadah dalam Islam harus sesuai tuntunan syariat yang dipahami dengan ilmu-ilmu standar ajaran agama Islam yang sudah jelas dalil-dalilnya dan garis-garisnya. Menurutnya, semua harus ilmiah, rasional dan dapat diuji keabsahannya oleh masyarakat umum. Dia pun mengimbau agar umat Muslim di Gunungkidul mengikuti anjuran ulama yang benar.
“Kepada saudara kita, masyarakat Muslim Panggang, Gunung Kidul, dihimbau untuk mengambil tuntunan agama Islam dari para ulama yang benar dan dapat menjelaskan dan dapat mempertanggungjawabkan ajarannya sesuai metode nalar syariat Islam yang sah, dan telah diterima oleh masyarakat dunia Islam secara luas,” tuturnya.
Dia menilai, tidak semestinya masyarakat gampang percaya pada siapa pun yang mengaku punya hubungan khusus dengan Allah, tapi bertindak tanpa ilmu yang berkesesuaian dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam. “Karena Islam adalah agama yang dijalankan berdasarkan ilmu syariat,” imbuhnya.
Gus Fahrur meminta masyarakat waspada dan jangan terkecoh dengan keanehan atau kesaktian. Sebab, orang yang mengaku bisa berkomunikasi dengan Allah SWT itu bukan berarti dia memiliki keistimewaan di hadapan Allah SWT.
“Orang yang dapat menghadirkan hal-hal ajaib sekalipun itu tidak berarti dia memiliki keistimewaan dihadapan Gusti Allah SWT. Karena tukang sulap dan tukang sihir juga bisa melakukannya. Hendaknya diwaspadai bahwa bangsa jin dan setan juga bisa datang kepada siapa pun, dan mengaku-ngaku sebagai gusti Allah atau malaikat untuk mengajak manusia kepada kesesatan,” ucapnya.
Menurutnya, dengan adanya fenomena ini menjadi salah satu alasan pentingnya pemerintah penetapan awal Ramadan dan 1 Syawal. Hal ini bertujuan agar tidak terus menerus terjadi polemik di berbagai daerah ketika awal dan akhir Ramadan.
“Ini mungkin bisa menjadi salah satu alasan untuk dibuat peraturan pemerintah tentang penetapan awal dan akhir Ramadan harus mengikuti keputusan pemerintah, sebagaimana dilakukan di semua negara muslim seluruh dunia,” katanya.
Kembali ke pernyataan salah satu pimpinan jemaah Aolia, Gus Fahrur menilai pernyataan tersebut membingungkan. Pernyataan tersebut juga tidak bisa dikategorikan sebagai kebebasan berpendapat.
“Statement pimpinan jamaah seperti ini membingungkan masyarakat, suatu narasi yang tidak masuk dalam kategori kebebasan berpendapat. Karena sudah ada aturan-aturan baku dalam praktis beragama seperti hitungan jumlah hari puasa Ramadhan, dan tata cara penetapannya dalam Islam,” tegasnya.
Diketahui, video pernyataan pimpinan jemaah Aolia viral di media sosial lantaran menetapkan 1 Syawal 1445 H pada Jumat (5/4). Pernyataan itu viral bukan karena mereka merayakan lebaran di hari Jumat, tetapi karena ada pengakuan bahwa penetapan lebaran itu atas perintah Allah SWT.
“Saya tidak pakai perhitungan, saya telepon langsung kepada Allah Taala, Ya Allah kemarin tanggal 4 malam 4, ya Allah ini sudah 29, 1 Syawal kapan, Allah Taala hadirko, tanggal 5 Jumat. Lah makanya kalau disalahkan orang bagaimana, ya nggak apa-apa urusannya gusti Allah,” ucap orang tersebut menggunakan bahasa Jawa dalam video viral itu.(*)
ยป Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta: Heri Suroyo
Editor: Mahrus Sholih