Bekas Pabrik Gula Comal Baru pada waktu senja yang terlihat dari sebelah selatan rel kereta api Comal Baru. (Foto: Istimewa)
SUARA INDONESIA, PEMALANG- Kabupaten Pemalang merupakan sebuah daerah penting untuk keperluan mobilitas strategis pada zaman dahulu. Letaknya yang berada di pesisir utara laut Jawa, menjadi lalu lintas pelabuhan bandar perdagangan kuno, juga dilintasi jalan terpanjang di Indonesia, yaitu Trans Jawa atau jalan pos utama.
Untuk wilayah Pemalang bagian selatan, adalah areal pertanian yang subur. Seorang warga Belanda bernama De Haan pada tahun 1622, pernah mengadakan perjalanan di bumi Mataram melewati pantai utara Jawa, di antaranya Kabupaten Pemalang.
Selain itu, Pieter Grande seorang utusan VOC, juga pernah mengadakan perjalanan dari Semarang melewati Wiradesa dan pesisir utara Pemalang pada tahun 1630. Mereka melaporkan keadaan kondisi tanah yang subur di sepanjang rute yang dilaluinya. Sangat potensial untuk membuka lahan pertanian.
Sejarah Singkat Industri Gula Hindia Belanda
Industri tradisional gula tumbuh, terutama dilakukan oleh pengrajin lokal dan pedagang Tionghoa. Teknik penggilingannya masih dilakukan dengan tenaga sapi yang berputar atau dengan kincir air yang sederhana, terjadi pada era 1800-an sampai 1830.
Sejak saat itu, sudah terbentuk sistem produksi dan perdagangan gula yang melibatkan warga pribumi, petani, pedagang Tionghoa, dan akhirnya Belanda yang membeli dan menguasai gula dari para pedagang.
Setelah Belanda menguasai hegemoni gula atas Tionghoa dan pribumi rasa kemitraan, mulai masuk pada periode industri gula. Hal ini terjadi sejak diberlakukan tanam paksa (cultuurstelsel) tahun 1830-1870. Akhirnya, penghapusan tanam paksa diberhentikan karena dirasa tidak berkeadilan.
Lahirlah Undang-Undang Agraria dan UU Gula 1870 yang diterapkan oleh Kerajaan Belanda di semua negara koloninya. Sejak 1870 lahirlah liberalisasi ekonomi dunia, terutama oleh negara-negara kolonialis terhadap daerah pendudukan.
Kiprah pergulaan Hindia Belanda di Nusantara dimulai tahun 1830, puncak kejayaannya tahun 1929. Sejak tahun 1870 masuknya modal asing dengan kebijakan privatisasi perusahaan, berakibat produksi gula meningkat drastis, hingga menjadi eksportir gula terbesar di dunia.
Usai masa kejayaan gula itu, lahirnya Pabrik Gula (PG) Comal. Pabrik ini didirikan pada 1857 oleh Oost-Indische Maatschappij van Administratie en Lijfrente te Batavia. Pada 1872, PG Comal dibeli oleh John Frederick Joan Theodoor van Der Wijk (1843-1874).
Tak lama setelah pabrik gula dibeli oleh Van deer Wijk, dalam usia yang masih muda dan belum menikah, konglomerat Belanda itu meninggal pada Desember 1874. Kemudian perusahaan itu dipegang oleh saudara-saudara Van deer Wijk.
Ketiga saudaranya mengangkat seorang Samuel Cornelis van Mussenbroeek sebagai administrator (kepala pabrik) di PG Comal Baru, yang berada di Dusun Plandongan Satu, Desa Ujunggede, Kecamatan Ampelgading, Pemalang, Jawa Tengah.
Menurut Dedi (45) seorang warga Pesucen, Kecamatan Petarukan, jika tahun 2010 PG Comal Baru masih beroperasi. “Pada tahun 2010 PG Comal Baru masih beroperasi, entah kenapa selanjutnya tidak berproduksi lagi,” tuturnya, Selasa (30/4/2024).
Waktu berjalan menghitung dari tahun ke tahun, kini Pabrik Gula Comal Baru yang pernah menjadi sandaran penghasilan bagi warga sekitar, berhenti tidak berproduksi lagi. Manisnya gula yang dihasilkan dari pabrik yang terletak di sebelah selatan jalur Pantura ini, beratus tahun lamanya pernah dirasakan, kini hanya tinggal kenangan. Bangunan yang kokoh nampak sepi. Hanya terlihat temaram senja yang menyapa malu-malu dari kejauhan.
Pewarta: Ragil Surono
Editor: Mahrus Sholih
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
**”**”**” NdrFcShort