Perempuan Mualaf di Banyuwangi Mengorbankan Tato untuk Memperbaiki Diri

by -201 Views
Perempuan Mualaf di Banyuwangi Mengorbankan Tato untuk Memperbaiki Diri

Nova Purnama Sari (27), seorang perempuan mualaf yang mengikuti penghapusan tato gratis di Klinik Pratama Polresta Banyuwangi, Kamis (2/5/2024). (Foto: Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

SUARA INDONESIA, BANYUWANGI – Seorang perempuan mualaf di Banyuwangi, Jawa Timur, ikut dalam acara penghapusan tato gratis yang diadakan di Klinik Pratama Polresta Banyuwangi, Kamis (2/5/2024).

Dia adalah Nova Purnama Sari, seorang warga Purwoharjo berusia 27 tahun. Perempuan ini memutuskan untuk menghapus tato yang dimilikinya untuk memperbaiki diri.

Untuk berhijrah, Nova bertekad untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya dengan mendekatkan diri pada agama yang dianutnya saat ini.

“Sebenarnya, (tato) tidak sesuai dengan agama. Saya mualaf, dulunya saya beragama Hindu dan sekarang mualaf (Islam). Alasan saya menghapus tato adalah untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik,” ungkapnya.

Nova mengaku telah mengoleksi seni lukis tubuh di lengan kanannya selama 15 tahun. Dia mulai berniat untuk menghapus tato sejak tahun sebelumnya.

Kehadirannya di Klinik Pratama Polresta Banyuwangi adalah yang kedua kalinya Nova mengikuti penghapusan tato gratis.

“Dokter yang menangani proses penghapusan tato mengatakan bahwa prosesnya membutuhkan tiga hingga empat kali untuk benar-benar hilang,” katanya.

Nova juga memperlihatkan proses penghapusan tato. Tangannya yang dihiasi tato terlihat saat dilaser. Kadang-kadang Nova juga memperhatikan setiap proses penghapusan tato yang dilakukan oleh tim medis.

“Saat dilaser tidak terasa sakit. Yang terasa sakit adalah setelahnya, terasa panas, terutama pada awal penghapusan tato, saya merasa sakit selama 4-5 hari sebelum sembuh,” katanya.

Seperti Nova, peserta lainnya, Bili Ariska (68) juga mengakui bahwa menghapus tato adalah untuk memperbaiki diri.

Pria lanjut usia asal Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi ini sudah memiliki tato di kedua lengan tangannya selama 48 tahun.

“Alasan saya adalah untuk anak dan cucu. Sering mendapat teguran, akhirnya saya merasa malu sendiri. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk menghapus tato,” kata Bili.

Novi Candra Pribadi, yang bertanggung jawab atas proses penghapusan tato, mengatakan bahwa total peserta yang ikut dalam acara ini sekitar puluhan orang.

Dalam setiap sesi penghapusan tato, Klinik Pratama Polresta Banyuwangi mampu melayani sekitar 15 hingga 30 pasien, baik pasien baru maupun lama.

“Acara penghapusan tato gratis ini sudah dimulai sejak tahun sebelumnya. Sampai saat ini sudah lebih dari delapan kali dilakukan. Ke depan, akan dilakukan secara rutin setiap bulan,” katanya.

Novi menjelaskan bahwa proses penghapusan tato tidak langsung hilang dalam sekali proses. Namun, membutuhkan beberapa sesi penanganan.

“Prosesnya tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis tato, jenis tinta, lamanya tato, dan kedalaman tusukan tato. Ada yang membutuhkan hingga 5 kali penanganan, bahkan ada yang butuh 10 kali untuk benar-benar hilang,” tandasnya.

Artikel selengkapnya dapat dibaca di Google News SUARA INDONESIA.

Pewarta: Muhammad Nurul Yaqin
Editor: Mahrus Sholih