Salah satu pesantren di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur memiliki keunikan yang berbeda dari pesantren pada umumnya. Pesantren ini menerima dan mendidik belasan santri berkebutuhan khusus (difabel).
Pesantren tersebut dikenal dengan nama Pesantren Inklusi Sabilillah, yang terletak di Dusun Krajan Desa Sumberkerang, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.
Awal mula berdirinya Pesantren Inklusi Sabilillah berasal dari pendirian TPQ Sabilillah oleh pengasuhnya Muhammad Mahin pada tahun 2001. TPQ ini awalnya menerima 127 santri, di antaranya terdapat 11 santri difabel, mulai dari buta, bisu-tuli, disleksia, autis, hingga santri yang lumpuh.
Pada sekitar tahun 2020, TPQ Sabilillah berkembang menjadi Pesantren Inklusi Sabilillah dengan fasilitas asrama dan perlengkapan lainnya untuk menampung santri difabel yang jarak rumahnya jauh.
Muhammad Mahin, pengasuh Pesantren Inklusi Sabilillah dan juga penyuluh agama Islam di Kemenag Kabupaten Probolinggo, telah meraih berbagai penghargaan termasuk penyuluh teladan tingkat kabupaten, provinsi Jawa Timur, dan bahkan di tingkat nasional.
Pesantren Inklusi Sabilillah menggunakan metode pembelajaran yang disebut metode Abasa, khusus untuk santri difabel agar lebih mudah mempelajari Al-Qur’an. Selain itu, pesantren ini bekerja sama dengan para tenaga ahli seperti psikolog dan terapis.
Dalam pengembangan pesantren inklusi dan persiapannya untuk ajang Penyuluh Award tingkat nasional, Mahin juga berharap agar masyarakat lebih memperhatikan kebutuhan para difabel dalam bidang pendidikan, pekerjaan, dan layanan masyarakat.
Harapannya, semakin banyak pesantren dan lembaga pendidikan lainnya yang memperhatikan kaum difabel dan didukung oleh pemerintah untuk pengembangan pesantren inklusi secara lebih baik.