Petani di Tuban Menolak Pembangunan Pabrik Gas Krisenergy yang Mengancam Lahan Produktif

by -93 Views
Petani di Tuban Menolak Pembangunan Pabrik Gas Krisenergy yang Mengancam Lahan Produktif

Irqam
07 Juli 2024 | 13:07 Dibaca 1.22k kali

Berita
Ancam Lahan Produktif, Petani di Tuban Tolak Pembangunan Pabrik Gas Krisenergy

Puluhan petani di Desa Dawung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur menolak proyek pembangunan Onshore Receiving Facilities (ORF) milik Krisenergy Ltd. (Foto: Irqam/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, TUBAN – Rencana proyek Onshore Receiving Facilities (ORF) milik Krisenergy Ltd di wilayah Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur ditolak warga setempat. Mereka menilai pembangunan pabrik gas ini mengancam mata pencarian warga sebagai petani.

Penolakan tersebut disuarakan lebih dari 30 warga yang sehari-hari berprofesi petani di Desa Dawung, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban, saat berunjuk rasa di lahan pertanian yang terdampak proyek.

Koordinator aksi, Sudirman menegaskan, seluruh petani di Desa Dawung menolak keras pembangunan ORF. Pasalnya, petani khawatir proyek itu justru akan merusak lingkungan. “Semua petani tetap dengan pendiriannya bahwa menolak pembangunan pabrik gas (Krisenergy Ltd, Red),” tegas Sudirman kepada wartawan.

Selain itu, dikatakan Sudirman, pembangunan pabrik gas ini akan menggusur lahan produktif di dua desa, yakni Dawung dan Kradenan. Ia menyebut bahwa hal itu akan membuat masa depan para petani terancam kelam. Sebab, petani akan kehilangan tempat untuk bertani menghidupi diri.

“Ini lahan satu-satunya yang kami miliki sebagai sumber penghidupan keluarga kami. Kalau kami dipaksa untuk menjual tanah kami, nanti setelah ini kami seperti apa. Kami orang desa, basic kami hanya bertani,” ungkapnya.

Menurut Sudirman, lahan produktif seluas 24 hektar di dua desa yang akan digusur itu mampu panen tiga kali. Ia mengungkapkan dalam satu tahun saja, petani bisa panen sekitar 750 ton gabah.

Dari situ, jika gabah dijual dengan harga Rp 5 ribu, akan ada perputaran uang sekitar Rp 4 miliar hingga 5 miliar di Desa Kradenan dan Dawung.

“Presiden Jokowi pernah mengatakan jika ada lahan produktif harus dimanfaatkan untuk stok pangan Indonesia. Tapi disini kok malah mau digusur,” terang pria berusia 43 tahun ini.

Lebih lanjut, Sudirman menuding sosialisasi proyek pabrik gas itu tidak transparan. Lebih dari itu, ada upaya untuk memecah belah-belah masyarakat yang terdampak.

“Apa yang dilakukan pihak Krisenergy ini mengecewakan bagi kami. Waktu itu pihak Krisenergy menyampaikan baru mau masuk dan ada undangan di balai Desa Kradenan kita tunggu sampai delapan bulan. Tapi ketika masuk lagi tiba-tiba mereka sudah membawa peralatan dan pegawai masuk ke lahan warga,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Dawung Karsilan menyebut belum mengetahui aksi penolakan warganya terhadap proyek pembangunan ORF oleh Krisenergy Ltd. Ia juga tak mau menjawab sejumlah pertanyaan Suara Indonesia yang dikirim melalui pesan WhatsApp. “Saya nggak tau mas,” ucapnya singkat.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Krisenergy Ltd terkait aksi penolakan pembangunan pabrik gas oleh warga Desa Dawung. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Irqam
Editor : Mahrus Sholih