Mahasiswa UIN KHAS Jember Berpartisipasi dalam Program KKN Kolaboratif di Bondowoso, Memusatkan Perhatian pada Tiga Isu Penting

by -120 Views
Mahasiswa UIN KHAS Jember Berpartisipasi dalam Program KKN Kolaboratif di Bondowoso, Memusatkan Perhatian pada Tiga Isu Penting

Bahrullah
09 July 2024 | 22:07 Dibaca 1 kali

Pendidikan
Mahasiswa UIN KHAS Jember Ikut KKN Kolaboratif di Bondowoso, Fokus Tangani Tiga Isu Krusial

Prof. M. Khusna Amal, Wakil Rektor I UIN KHAS Jember saat memberikan sambutan di acara pelepasan KKN di Pendopo Bupati Bondowoso (Foto: Bahrullah/suaraindonesia.co.id)

SUARA INDONESIA, BONDOWOSO- Mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) persemakmuran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Eks IAIN Sunan Ampel di Kabupaten Bondowoso.

Program KKN kolaboratif yang melibatkan 9 PTKIN ini fokus terhadap Tiga isu yang memang selama ini menjadi masalah nasional dan krusial, yang permasalahan ini juga terjadi di Bondowoso. Diantaranya isu stunting, kemiskinan ekstrim dan tambahan isu tentang pernikahan dini.

Prof. M. Khusna Amal, Wakil Rektor I UIN KHAS Jember, menyampaikan, Mahasiswa KKN akan diarahkan agar menyesuaikan dengan isu sosial, serta akan menyesuaikan dengan isu strategis yang ada di Kabupaten Bondowoso.

Prof. M. Khusna Amal, menjelaskan, Mahasiswa KKN akan fokus terhadap 2 isu strategis dan krusial, yaitu pengentasan stunting, kemiskinan ekstrim, dan tambahan sesuai dengan permintaan Pemkab Bondowoso berupa pernikahan.

“Kemiskinan ekstrim, stunting, dan pernikahan dini ini merupakan permasalahan yang cukup akut dan persoalan yang cukup krusial,” kata Prof. M. Khusna Amal di Pendopo Bupati Bondowoso, Selasa (9/7/2024).

Lebih lanjut, Prof M. Husna Amal menyatakan, Mahasiswa KKN akan diarahkan agar menyesuaikan dengan isu sosial, serta akan menyesuaikan dengan isu strategis yang ada di Kabupaten Bondowoso.

“Kebetulan isu strategisnya ada 2, yaitu tentang stunting dan kemiskinan ekstrim. Dua isu ini dipilih untuk menyelaraskan program strategis yang ada di Bondowoso. Kemiskinan ekstrim, stunting, dan pernikahan dini ini merupakan permasalahan yang cukup akut dan persoalan yang cukup krusial,” ujarnya.

Menurut Prof Husna Amal, KKN persemakmuran ini, nanti Mahasiswa diharapkan bisa berkontribusi berdasarkan pengetahuan dan keilmuan yang mereka miliki.

Misalnya, yang berlatar belakang pendidikan dapat memberikan kontribusi terhadap mutu pendidikan di lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Yang diharapkan oleh pemerintah, seperti perubahan pola pikir, bisa terjadi secara bertahap.

“Mahasiswa mempunyai peran strategis, dan juga diharapkan membangun literasi terkait pentingnya tidak menikah di usia dini, literasi bagi ibu-ibu yang harus memperhatikan kesehatan diri dan anaknya,” tambahnya.

Pihaknya juga mengingatkan Mahasiswa untuk memperhatikan buku panduan KKN yang sudah disiapkan untuk mereka. Buku panduan tersebut menjadi pedoman langkah demi langkah terkait tindakan yang harus dilakukan oleh Mahasiswa dalam melaksanakan KKN.

Katanya, Mahasiswa juga harus komunikatif dengan dosen pembimbing lapangan mereka. Apabila mengalami kesulitan, mereka dapat berkomunikasi, berkoordinasi, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing mereka untuk mencari solusi.

“Yang paling penting bagi Mahasiswa adalah menjaga nama baik almamater, termasuk kode etik Mahasiswa, sehingga dalam pelaksanaannya mereka patuh terhadap aturan, pedoman, dan petunjuk yang sudah disiapkan bersama,” tutupnya.

Ketua LP2M UIN KHAS Jember Dr. Zainal Abidin menjelaskan, program kerjasama 9 perguruan tinggi Islam, yaitu KKN Persemakmuran PTKIN Eks IAIN Sunan Ampel Surabaya ini telah dimulai sejak tahun 2017.

“Waktu itu kesepakatan kerjasama terjadi di Tulungagung, yang dimulai melalui proses penandatanganan MoU atau surat perjanjian para rektor,” ujarnya.

Kata Dr Zainal, program ini telah berjalan selama 7 tahun. Lokasi kegiatan KKN kolaboratif ini berganti-ganti. Tahun lalu, giliran UIN Maliki Malang menjadi tuan rumah, tahun ini UIN KHAS Jember yang menjadi tuan rumah, dengan tempat kegiatan di Bondowoso.

Dr Zainal menjelaskan, KKN ini merupakan bagian dari implementasi tri dharma perguruan tinggi. Di program ini, setiap kampus mengirimkan Mahasiswanya melalui seleksi dengan kriteria memiliki wawasan kebangsaan yang baik, wawasan keislaman yang baik, dan praktik tentang keagamaan yang baik.

“Misalnya Mahasiswa laki-laki dapat memberikan hutbah, melakukan perawatan jenazah, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dr Zainal mengungkapkan, untuk tahun 2024 menggunakan pendekatan konsep Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (ABCD).

Konsep ini mencakup pengembangan masyarakat dengan melihat potensi aset yang dimiliki oleh masyarakat.

“Setiap Dusun Desa memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Namun, seringkali masyarakat tidak tahu cara mengembangkan potensi mereka,” katanya.

Pada tahap awal, menurut Dr Zainal, Mahasiswa KKN perlu melakukan akulturasi dengan cara menyesuaikan diri dengan budaya setempat, mengingat mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi dan daerah.

Dr Zainal menyatakan, Mahasiswa KKN harus dapat menemukan potensi aset yang dimiliki oleh desa atau dusun berdasarkan teori penelitian mereka, lalu mencari program yang diinginkan oleh masyarakat.

Program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Mahasiswa dan masyarakat, dipilih berdasarkan prioritas, kemudian dilaksanakan, dievaluasi, dan dilanjutkan dengan tindak lanjut.

“Setiap minggu tahapan tersebut harus selesai, dan di hari terakhir dilakukan pelaporan,” tambahnya.

Dr Zainal menjelaskan, perbedaan antara KKN sekarang dengan KKN sebelumnya adalah, Mahasiswa tidak diminta untuk menyumbangkan dana, melainkan bagaimana program tersebut disusun oleh Mahasiswa bersama masyarakat desa, sehingga sumber daya manusia dan pendanaan dikeringkan dan difasilitasi oleh perangkat desa, dengan melibatkan berbagai mitra yang dapat dijaring oleh masyarakat.

“Masyarakat desa memiliki keterampilan dan keahlian yang dapat dijalin melalui mitra kerja sama dengan berbagai pihak, seperti perusahaan, pelaku usaha mikro, atau kegiatan usaha lainnya,” jelasnya.

Menurutnya, dua isu besar yang dipilih dalam kegiatan KKN ini, yaitu isu stunting dan kemiskinan ekstrim, merupakan permasalahan besar yang dihadapi oleh masyarakat.

“Masalah ini tidak dapat diselesaikan sendirian, termasuk oleh pemerintah kabupaten dan desa. Masih banyak pihak yang perlu terlibat dalam isu ini, salah satunya adalah perguruan tinggi,” katanya.

Dr Zainal menegaskan, perguruan tinggi hadir sebagai salah satu elemen yang dapat membantu mengurangi angka kemiskinan ekstrim dan stunting di masyarakat.

Menurutnya, stunting bukan hanya masalah kemiskinan, tetapi juga masalah pola pikir masyarakat. Penting bagi masyarakat untuk membangun pola pikir yang sehat, termasuk kesadaran akan dampak dari pernikahan anak atau pernikahan dini.

“Pernikahan dini juga memiliki kaitan dengan variabel lain yang berdampak pada kemiskinan dan stunting. Stunting, kemiskinan ekstrim, dan pernikahan dini merupakan masalah sosial yang saling terkait,” tutup Zainal.

Untuk diketahui, KKN Persemakmuran PTKIN Eka IAIN Sunan Ampel tahun 2024 merupakan program kolaboratif.

Program ini merupakan kerjasama dengan 9 perguruan tinggi Islam mantan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Di antaranya, 1. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 3. IAIN Ponorogo, 4. IAIN Kediri, 5. UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, 6. UIN KHAS Jember, 7. IAIN Madura, 8. UIN Mataram, 9. UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.

Tahun ini UIN KHAS Jember menjadi tuan rumah, dengan kegiatan berlangsung di Kabupaten Bondowoso di Kecamatan Grujugan, meliputi 6 Desa (Desa Dawuhan, Kabupaten, Tegal Mijin, Grujugan Kidul, Taman, dan Wonosari).

Ada 84 mahasiswa gabungan dari 9 PTKIN, termasuk UIN KHAS Jember. Tema yang diangkat adalah “Mewujudkan Masyarakat Unggul Mandiri, Kreatif, dan Moderat.”

Fokusnya pada 2 isu, yaitu pengentasan kemiskinan, stunting, dan tambahan isu pengentasan pernikahan dini.***

ยป Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Bahrullah
Editor : Imam Hairon