Arti Penting Pertumbuhan Ekonomi 8% dan Hulu Migas Indonesia

by -74 Views

Prabowo Subianto Djojohadikusumo akan dilantik sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat RI yang digelar di Gedung Nusantara Kompleks Parlemen Senayan Jakarta pada 20 Oktober 2024. Sebelum pelantikan nanti, Prabowo sebagai presiden terpilih sudah hadir mewakili atau mendampingi Presiden ke-7 RI Joko Widodo dalam berbagai agenda pemerintah. Terbaru, Prabowo mewakili Jokowi menghadiri peresmian Peluncuran Geoportal One Map Policy 2.0 serta Penyampaian Laporan Hasil Evaluasi Nasional Capaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di The St. Regis Hotel Jakarta pada 18 Juli 2024. Dalam kesempatan itu, Prabowo, sebagaimana kesempatan-kesempatan sebelumnya, kembali menyuarakan urgensi percepatan pembangunan yang dianggap penting bagi masa depan bangsa. “Tadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Airlangga Hartarto) menyampaikan bahwa kita optimis bisa mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 5%. Kalau saya lebih berani lagi. Kita harus berani menaruh sasaran yang lebih tinggi. Kalau saya optimis kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 8%,” katanya. Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya tersebut optimis karena kekayaan dan potensi Indonesia sangat besar. Namun demikian, Prabowo mengungkapkan ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi demi mewujudkan kemajuan negara. “Kita harus lebih efisien, kita harus mengelola dengan baik, mengambil kebijakan yang masuk akal, dan kita harus bertekad untuk mengurangi kebocoran, penyelewengan, dan kebijakan yang tidak menguntungkan kepentingan nasional dan rakyat,” ujarnya.

Melalui tulisan ini, penulis dengan latar belakang sebagai profesional public policy di industri hulu minyak dan gas bumi (migas) ingin mengelaborasi target pertumbuhan ekonomi 8% dengan migas. Dalam tulisan ini juga akan disampaikan tantangan-tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan pada periode pemerintahan 2024-2029. Migas memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, namun juga menghadapi sejumlah tantangan, terutama dari sisi realisasi produksi siap jual atau lifting minyak bumi.

SKK Migas melaporkan bahwa hingga semester I-2024, realisasi lifting minyak bumi masih di bawah target yang telah ditetapkan. Keterlambatan kegiatan pengeboran dan gangguan banjir menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi produksi migas di Indonesia. Selain itu, realisasi salur gas bumi juga masih di bawah target, meskipun tidak ada kendala berarti terkait sisi ini.

Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka memiliki misi untuk memperbaiki tata kelola migas dan pertambangan nasional serta meningkatkan ketahanan energi nasional. Namun, tantangan terbesar adalah dalam hal pembahasan revisi UU Migas yang saat ini masih belum jelas. Selain itu, peningkatan investasi dalam sektor migas juga perlu dijamin dengan kepastian dan penegakan hukum yang baik.

Tantangan lainnya adalah dalam harmonisasi antar kementerian terkait industri migas, seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Dengan sinergi yang kuat antar lembaga terkait, diharapkan target-target yang telah ditetapkan pemerintah dapat tercapai, termasuk dalam pencapaian lifting minyak bumi 1 juta barel per hari.

Source link