Major General (Ret.) Suhartono Suratman, TNI

by -150 Views
Major General (Ret.) Suhartono Suratman, TNI

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang hebat. Dia juga sangat pandai berenang. Biasanya, seseorang yang pandai dalam terjun bebas tidak bisa menyelam, atau sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat baik dalam kedua hal tersebut. Dia adalah anggota Pasukan Katak. Dia juga sangat mahir dalam karate. Saya sering mengatakan bahwa dia adalah seorang Perwira Angkatan Darat yang memberikan contoh yang baik dan seharusnya menjadi idola bagi para bawahannya dan generasi berikutnya.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya sedang mencari orang yang cocok untuk menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Saya bertanya, ‘Pak Tono Suratman, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Ya, saya bersedia’. Bayangkan patriotisme pria ini. Dia dulunya adalah asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Kodam Kalimantan. Sekarang dia sudah pensiun, namun dia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara.

Tono Suratman adalah juniorku satu tahun. Kami sudah bersama-sama untuk waktu yang cukup lama. Meskipun ada perbedaan usia di antara kami, kami sangat dekat. Bagi saya, dia seperti adik sendiri. Ketika kami masih bujang, dia sering tinggal di rumah orang tua saya di Kebayoran Baru, di Jalan Kertanegara nomor 4.

Ketika saya menjadi Komandan Kompi (DANKI), dia adalah Komandan Peleton (DANTON) 1. Kami pernah ditempatkan di Timor Timur. Dia bergabung dengan Nanggala 28. Kodenam saya adalah Kancil; sedangkan dia adalah Kancil Satu. Di sana, saya melihat bagaimana dia berhasil sebagai perwira lapangan.

Sejak menjadi kadet, Pak Tono sangat aktif dalam olahraga. Dia pernah menjadi anggota tim anggar nasional. Dia juga anggota tim renang AKMIL; dan juga merupakan penembak yang handal.

Dia mencuat sebagai perwira muda di KOPASSUS. Ketika saya menjadi Wakil Komandan Detasemen 81, saya menyarankan kepada Pak Luhut sebagai atasanku untuk menunjuk Pak Tono sebagai Komandan Pasukan Katak satuan kontrateror. Sejak itu, saya sering pergi ke medan perang dengan Pak Tono.

Selama karirnya, akhirnya dia menjadi Komandan Grup Para-Komando KOPASSUS 1. Dia juga menggantikan posisiku sebagai Komandan Pusat Pendidikan dan Latihan KOPASSUS (PUSDIKPASSUS). Dia juga memimpin pasukan Rajawali, yang terdiri dari kompi-kompi terbaik dari semua KODAM. Kompi-kompi ini khusus dilatih dalam taktik anti gerilya, yang kami sebut pasukan pemburu. Setelah pelatihan, pasukan Rajawali dikerahkan ke Timor Timur. Pasukan ini sangat efektif dalam pertempuran. Ini merupakan pendahulu Batalyon Raider yang dibentuk oleh Jenderal Ryamizard Ryacudu sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.

Selain sebagai atlet anggar, Pak Tono juga merupakan penembak yang hebat. Dia sangat mahir dalam menembak pistol, senapan serbu dll. Dia juga seorang perenang yang handal, tidak heran, karena dia memimpin Komando Pasukan Katak Detasemen 81. Dia berlatih dengan Komando Pasukan Katak elit Angkatan Laut (KOPASKA). Selain itu, dia juga merupakan penyelam tempur dan terjun payung bebas yang luar biasa.

Biasanya, seseorang yang sangat mahir dalam terjun bebas tidak bisa menyelam, begitu pun sebaliknya. Namun, Pak Tono sangat baik dalam kedua hal tersebut. Dia juga sangat mahir dalam karate. Dia adalah sosok yang berwawasan luas. Saya sering mengatakan bahwa dia merupakan contoh yang baik dan diidolakan oleh para perwira dan generasi muda.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya bertekad untuk meningkatkan Sekolah Tinggi Taruna Nusantara, yang didirikan di bawah naungan Kementerian Pertahanan. Sekolah Tinggi Taruna Nusantara didirikan oleh Pak Benny Moerdani. Saat saya masih menjadi perwira muda pada masa itu, saya terlibat dalam menyusun konsep awal sekolah tersebut dan mempresentasikannya kepada Pak Benny Moerdani.

Ketika saya ditunjuk sebagai Menteri Pertahanan, saya mencari orang yang tepat untuk menjadi kepala sekolah, jadi saya meminta kepada Pak Tono. ‘Pak Tono, apakah Anda bersedia menjadi Kepala Sekolah Taruna Nusantara?’

‘Siap. Saya bersedia!’, jawab Pak Tono tanpa ragu.

Bayangkan patriotisme pria ini. Dia dulunya adalah asisten keamanan Kepala Staf Angkatan Darat. Dia pernah menjadi Panglima Komando Wilayah di Kalimantan. Dia telah pensiun, namun ia bersedia menjadi kepala Sekolah Tinggi Taruna Nusantara. Dia menganggap sekolah tersebut sebagai ‘periuk’ untuk mendidik dan melatih siswa-siswa yang luar biasa yang nantinya akan menjadi pemimpin unggul yang penting bagi masa depan negara dan bangsa. Pak Tono adalah juniorku yang kepemimpinannya harus diajarkan dan diteruskan kepada generasi mendatang.

Menurut pendapat saya, dia seharusnya menjadi komandan Pasukan Khusus Indonesia karena dia adalah seorang perwira komando yang lebih baik daripada saya, dan mungkin bahkan Komandan KOSTRAD.

Source link