Developing a Strategy for Unconventional Warfare: An Analytical and Actionable Framework

by -459 Views

Artikel ini ditulis oleh Profesor David H. Ucko dan Profesor Thomas A. Marks. Dalam bukunya yang berjudul “Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto”, Prabowo Subianto membahas mengenai dokumen strategi pertahanan nasional AS pada tahun 2018. Menurut dokumen tersebut, persaingan strategis antar negara dianggap sebagai ancaman terbesar kedaulatan AS.

Buku ini membahas tentang ancaman tersebut, yaitu kemampuan negara-negara dalam melancarkan operasi perang tidak konvensional untuk mendorong agenda strategis masing-masing. Prabowo menekankan adagium yang dipajang di Fort Benning, AS yang menyatakan bahwa masyarakat yang memisahkan para ilmuwan dan para pejuang akan memiliki pemikiran yang dilakukan oleh pecundang dan perang yang dilakukan oleh orang bodoh.

Meskipun ancaman utama AS saat ini berasal dari persaingan strategis antar negara, hal ini tidak selalu dilakukan dengan cara-cara konvensional. Profesor David dan Profesor Thomas menjelaskan mengenai penggunaan instrumen kekuatan selain militer untuk mencapai tujuan operasi militer, seperti penggunaan tim cyber atau akun media sosial palsu untuk memicu konflik bersenjata.

Buku ini juga mengambil contoh dari kegiatan Rusia di Ukraina sebagai contoh utama dari operasi perang tidak konvensional. Mereka menyebutnya sebagai “Operational Art” atau seni berkonflik karena tindakan yang dilakukan masuk ke dalam zona abu-abu.

Menanggapi operasi militer non-konvensional di zona abu-abu, sebuah negara harus dapat memahaminya untuk dapat merespons secara efektif. Jika tidak, maka akan timbul perdebatan mengenai arti perang dan siapa yang seharusnya merespons operasi non-konvensional yang dilakukan oleh lawan.