Kepemimpinan Mantan Jenderal TNI Luhut Binsar Panjaitan

by -437 Views

Ketika saya masih berpangkat kapten, saya pertama kali bertemu dengan Pak Luhut Pandjaitan. Saat itu, beliau baru saja kembali dari Timor Timur setelah terlibat dalam Operasi Nanggala 5 di bawah pimpinan Dangrup kami, Letnan Kolonel Soegito.

Saya ingat saat banyak unsur pimpinan Grup 1 turun ke Dili, termasuk Letkol Anumerta Atang Soetrisna, seorang komandan Detasemen dari Grup 1, yang gugur dalam operasi tersebut. Sekarang, lapangan olahraga dan stadion di Cijantung dinamai Stadion Atang Soetrisna.

Tidak lama setelah itu, Pak Luhut menjadi kepala seksi 2 operasi dan saya menjadi wakilnya. Kami berdua kemudian dikirim ke Amerika untuk sekolah Special Forces setelah beberapa bulan menjalankan tugas tersebut.

Pada tahun 1981, setelah kembali dari Amerika, saya dan Pak Luhut dipanggil oleh Pak Benny Moerdani dan diperintahkan untuk sekolah di Jerman, tepatnya sekolah antiteror GSG9. Setelah menyelesaikan sekolah tersebut, kami membentuk pasukan antiteror yang diberi nama Detasemen 81.

Tidak lama setelah itu, Detasemen 81 berhasil dalam operasi pembebasan sandera di Woyla, yang saat itu menjadi peristiwa pembebasan sandera paling terkenal di dunia.

Ketika kami membentuk dan melatih pasukan antiteror Indonesia, Pak Luhut memberi saya keleluasan untuk menyusun rencana latihan, administrasi, dan pembangunan. Meskipun kami memiliki karakter kepemimpinan dan kepribadian yang keras, kami berhasil bekerja sebagai tim yang cukup baik.

Saya menyaksikan keketuaan Pak Luhut, yang tegas, berkemauan keras, dan memiliki fisik yang baik. Beliau sering memimpin dari depan dan melakukan lari di depan pasukan. Saya belajar bahwa beliau merupakan seorang penembak yang bagus dan teliti dalam perjalanan. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Sesko), sementara saya mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Suslapa).

Meskipun kami jarang bertugas bersama setelah itu, kami selalu saling menghormati meskipun terkadang memiliki perbedaan pandangan. Setelah pensiun, kami pernah berada di posisi politik yang berseberangan, namun kami tetap saling menghormati dan mencari titik-titik kerja sama untuk kepentingan negara.

Sumber: https://prabowosubianto.com/kepemimpinan-jenderal-tni-purn-luhut-binsar-panjaitan/