Dagang Asongan Lancar Jual Pisau Cukur dan Raih Keuntungan Rp 104 T

by -1309 Views

Pedagang asongan sering dianggap rendah. Ada pandangan bahwa mereka sulit menjadi kaya karena hanya berjualan barang-barang kecil. Sayangnya, pandangan tersebut telah dibantah oleh King Camp Gillette.
Dia adalah salah satu contoh pedagang asongan sukses yang berhasil menjual barang-barang kecil hingga membangun perusahaannya sendiri yang kini bernilai 104 Triliun rupiah.

Kisah ini bermula pada tahun 1895. King Camp Gillette adalah seorang pedagang asongan yang tinggal di Massachusetts, Amerika Serikat. Setiap harinya, dia berkeliling kota untuk berjualan. Tak peduli cuaca panas atau hujan, yang penting adalah barang dagangannya terjual agar hidupnya bisa berlanjut.

Saat berkeliling kota, Gillette mendengar keluhan yang dialami oleh banyak pria. Ternyata mereka kesulitan untuk tampil rapi dan terawat. Merasa merepotkan setiap kali ingin mencukur bulu-bulu yang tumbuh di wajah.

Setiap kali ingin mencukur misalnya, seseorang harus mengasah pisau terlebih dahulu. Prosesnya memakan waktu lama. Belum lagi risiko kecelakaan yang mengintai. Pisau bisa saja menusuk wajah saat sedang mencukur kumis. Dengan semua kesulitan tersebut, mereka menjadi malas untuk mencukur.

Berbekal pemikiran tersebut, Gillette punya ide yang menarik. “Bagaimana jika saya membuat pisau yang sangat kecil dengan dua sisi tipis. Nantinya dua sisi tersebut bisa digunakan berkali-kali. Baru jika tumpul bisa dibuang,” pikir Gillette dalam hati.

Sebagaimana dijelaskan dalam “Cutting Edge: Gillette’s Journey to Global Leadership” (1998), Gillette kemudian segera membuat pisau yang dimaksud. Tidak disangka, pisau cukur buatan Gillette laku keras. Banyak pria merasa terbantu dengan penemuan tersebut. Mereka membuang pisau cukur konvensional dan beralih kepada pisau buatan Gillette dalam jumlah besar.

Gillette kewalahan menerima pesanan dan terkejut melihat barang dagangannya laris. Ia segera mendatangi Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk meminta bantuan. Mungkin MIT bisa membuat mesin pencetak pisau cukur.

Beruntung, seorang peneliti bernama Nickerson mampu mewujudkan permintaan Gillette. Sejak itu, produksi pisau cukur dalam jumlah besar dilakukan dan pisau tersebut dilengkapi dengan gagang plastik untuk memudahkan pengguna.

Perlahan tapi pasti, Gillette yang dulunya hanya berjualan keliling kota berhasil mendirikan toko sendiri pada tahun 1901. Di toko tersebut, ia mulai menjual produknya dengan merek dagang Razor. Awalnya, Razor hanya terjual beberapa saja. Namun, setelah satu tahun berdiri, toko Gillette sukses menjual ribuan pisau cukur.

Sebagai seorang pengusaha cerdas, Gillette menyadari pentingnya hak cipta. Ia segera mematenkan penemuan pisau cukurnya pada tahun 1904. Akibatnya, setiap perusahaan yang ingin memproduksi pisau cukur harus membayar royalti kepada Gillette.

Sejak itu, ia menjadi sangat kaya karena memiliki dua sumber pendapatan.

Tidak diketahui dengan pasti berapa kekayaan Gillette. Namun, melihat larisnya penjualan pisau cukur tersebut, bisa diproyeksikan kekayaannya.

Bayangkan saja, pada tahun kedua penjualan, pisau cukur tersebut terjual hingga 100 ribu unit. Bahkan pada tahun 1915, sudah terjual 70 juta unit di seluruh dunia.

Tentu saja, hidup pedagang asongan tersebut menjadi lebih sejahtera. Gillette memiliki banyak rumah dan properti lain di California. Ia juga memiliki saham di banyak perusahaan.

Di Indonesia, pisau cukur Gillette pertama kali masuk pada tahun 1913 berdasarkan pemberitaan De Sumatra Post edisi 8 Agustus 1913. Iklan Gillette hampir mencakup setengah halaman koran dan bisa dibeli di toko M. Goldenberg & Co. Kemudian, pisau cukur Gillette dikenal di Indonesia dengan sebutan “silet”.

Sayangnya, perjalanan hidup King Camp Gillette berakhir pada 9 Juli 1932. Namun, kedatangannya tidak mematikan bisnis pisau cukurnya.

Hingga sekarang, Gillette tetap eksis di dunia. Pada tahun 2005, Gillette menjadi bagian dari Procter & Gamble (P&G).

Perusahaan tersebut mengklaim bahwa setiap tahun ada 750 juta orang yang menggunakan pisau cukur pertama di dunia ini. Berkat pencapaian tersebut, tidak mengherankan jika penjualan produk yang diciptakan oleh pedagang asongan ini mencapai 6,6 miliar dolar AS atau sekitar 104 triliun rupiah pada tahun 2022.