Dua Pengusaha Kaya Ini Membuat Semua Orang Terpikat dengan Gorengan

by -1183 Views

Menyantap gorengan adalah kebiasaan masyarakat Indonesia. Nampaknya tidak sedap jika makan tiga kali sehari tanpa gorengan. Maka tidak heran jika permintaan minyak goreng di Indonesia sangat tinggi.

Namun, ternyata menyantap gorengan awalnya bukan kebiasaan umum masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia baru masif dalam kegiatan menggoreng sejak tahun 1990-an, ketika minyak goreng dari kelapa sawit tersedia dalam jumlah besar.

Dua sosok yang berperan besar dalam membuat orang Indonesia menyukai gorengan adalah Eka Tjipta Widjaja dan Sudono Salim.

Awalnya, budaya menggoreng sudah dikenal di Indonesia sejak abad ke-16 ketika orang China dan Eropa datang. Kemudian, minyak kelapa muncul sebagai bahan baku pada abad ke-19 yang memudahkan proses penggorengan. Mentega juga diperkenalkan sebagai bahan menggoreng oleh bangsa Eropa, khususnya Belanda.

Pada abad ke-20, mentega menjadi andalan untuk menggoreng di Hindia Belanda. Pada masa ini, juga muncul merek mentega ternama yaitu Blue Band.

Dari sinilah kemudian lahir variasi makanan dari hasil menggoreng, yang kini disebut gorengan, seperti pisang goreng dan tempe goreng. Namun, tidak semua lapisan masyarakat bisa menikmati gorengan karena mentega dan minyak kelapa sulit dijangkau karena harganya yang mahal.

Semuanya berubah ketika industri minyak sawit di Indonesia muncul. Titik baliknya terjadi ketika Presiden Soeharto berkuasa pada tahun 1966. Soeharto memperbolehkan pihak swasta merintis industri sawit untuk mempopulerkan minyak goreng yang lebih terjangkau masyarakat.

Izin ini dimanfaatkan oleh pengusaha Eka Tjipta Widjaja. Pada tahun 1968, Eka memproduksi Bimoli sebagai minyak goreng premium pertama di Indonesia. Dua tahun kemudian, industri minyak goreng semakin ramai dengan ikut serta Liem Sioe Liong alias Sudono Salim.

Sejak tahun 1970-an, keduanya menjadi pemain besar di industri minyak goreng. Eka Tjipta Widjaja menghasilkan minyak merek Filma dan Kunci Mas, sedangkan Salim memproduksi minyak merek Bimoli dan juga tepung terigu merek Bogasari.

Kehadiran merek Bogasari membuat masyarakat Indonesia lebih mudah mendapatkan tepung secara murah. Pada saat ini, tepung dan minyak goreng menjadi bahan penting dalam pembuatan gorengan. Dukungan penguasa yang kuat membuat bisnis Salim dan Eka Tjipta mendominasi pasar.

Sejak itu, orang Indonesia semakin terbiasa dengan gorengan. Gorengan menjadi makanan yang tidak bisa dilepaskan dari menu harian masyarakat Indonesia. Salim dan Eka Tjipta secara tidak langsung mengajarkan rakyat Indonesia untuk menikmati gorengan dalam setiap momen kehidupan.