Harta Rp507 T Orang Terkaya Asia Lenyap Akibat Terjebak Utang

by -1153 Views

Sebagai pemilik properti hiburan Dalian Wanda Group, Wang Jianlin awalnya memiliki mimpi besar. Dia ingin membangun kerajaan hiburan dan pariwisata tingkat global di China.

Dia ingin meniru apa yang dilakukan Walt Disney dengan membangun taman bermain Disneyland. Intinya, dia ingin menjadi versi Walt Disney asal China.

Namun, alih-alih menjadi Disney-nya China, Wang Jianlin yang pernah dinobatkan oleh Forbes sebagai orang terkaya di Asia dengan kekayaan US$ 33 miliar atau Rp 507 Triliun pada tahun 2016 ini, kini menjadi “calon” orang miskin. Hal ini disebabkan oleh dia dan perusahaannya terjebak dalam utang sebesar US$ 56 miliar atau Rp 784 Triliun akibat kesalahan dalam perhitungan prospek bisnis.

Akibat utang ini, kekayaan Wang Jianlin turun hingga 80% menjadi hanya US$ 7,8 miliar atau Rp 120 Triliun. Bersamaan dengan itu, kerajaan bisnis yang telah dia bangun sejak tahun 1988 juga mengalami penurunan yang cepat.

Seperti yang dilaporkan oleh Forbes, Wang terpaksa menjual hotel, taman hiburan, dan proyek pariwisata senilai lebih dari US$ 9 miliar kepada pengembang properti lain di China untuk keluar dari jeratan utang tersebut. Melalui bisnis Wanda Cultural Industry Group, dia juga menjual sahamnya di perusahaan media AS, Legendary Entertainment, dengan harga US$ 760 juta pada tahun 2022.

Dia juga menjual sahamnya di klub sepak bola Spanyol Atletico Madrid dan jaringan bioskop terbesar di AS, yakni AMC Entertainment. Pada awal tahun 2023, Wang juga dilaporkan menjual 3 pusat perbelanjaan senilai US$ 80 juta kepada perusahaan lokal.

Namun, semua upaya tersebut belum berhasil mengatasi utang tersebut. Utang Wang Jianlin tetap tidak terbayar meskipun hasil penjualan tersebut. Dalam laporan Forbes, diketahui bahwa dia telah mendaftarkan salah satu anak perusahaannya, Dalian Wanda Commercial Management (DWCM), untuk IPO dalam waktu dekat. Pendaftaran ini bertujuan untuk menghasilkan penjualan yang dapat membantu mengatasi utangnya.

Diperkirakan, melalui IPO DWCM, Wang dapat melunasi utangnya sebesar US$ 13 miliar. Utang tersebut jatuh tempo pada akhir tahun ini.

Namun, masyarakat sulit mempercayai Wang kembali. Mereka enggan berinvestasi dalam perusahaan yang memiliki kondisi keuangan buruk.

Sebelum IPO tersebut terwujud, Forbes memprediksi bahwa IPO tersebut akan gagal. Hal ini disebabkan karena regulasi di China mengharuskan perusahaan yang ingin melantai di bursa saham untuk membayar biaya sebesar US$ 4,2 miliar.

Pada titik ini, Wang sudah jatuh tertimpa tangga. Dia yang terjerat utang, kini juga kesulitan mengumpulkan uang untuk hidup.

Meski demikian, firma finansial Chanson & Co. yang dilaporkan oleh Forbes menyebutkan bahwa satu cara untuk bertahan hidup bagi Wang adalah dengan menjual aset di luar negeri. Wang dapat menjual atau menggadaikan jaringan pusat perbelanjaan miliknya di luar negeri untuk mengumpulkan dana.

Aset di luar negeri dianggap lebih bernilai, sehingga saat aset tersebut terjual, uangnya dapat digunakan untuk membayar utang dan memenuhi kebutuhan sehari-hari Wang. Meskipun begitu, jumlah yang diperoleh dari penjualan tersebut masih belum cukup untuk menutupi utang yang ada.