CSIS Konfirmasi Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Menang dalam satu Putaran di Quick Count: Demokrasi Masih Merupakan Pilihan Terbaik

by -1017 Views

Jakarta – Hasil Pemilu 2024 versi quick count beberapa lembaga menunjukkan pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenangnya. Centre for Strategic and International Studies (CSIS) bahkan memastikan bahwa kemenangan tersebut dapat diraih dalam sekali putaran.

Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan bahwa kemenangan ini sebenarnya sudah diprediksi sejak melihat tren elektabilitas Prabowo-Gibran yang terus meningkat menjelang Pemilu 2024. Ia juga menyebutkan bahwa keunggulan pasangan tersebut terlihat dari hasil quick count yang dirilis oleh beberapa lembaga survei.

“Hasil quick count dari beberapa lembaga survei mengonfirmasi kemenangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka sekitar 57-58 persen,” kata Arya dalam keterangan resmi pada Rabu (21/2).

Tidak hanya memenangkan Pilpres, Arya juga mengatakan bahwa angka yang diraih oleh keduanya merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai oleh capres-cawapres pada era sebelumnya.

“Dengan angka tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa pemilu presiden akan berlangsung dalam satu putaran. Rekor ini berhasil melampaui pencapaian Presiden Joko Widodo sebesar 55,50 pada Pemilu 2019,” jelas Arya.

Berdasarkan estimasi perolehan suara dari quick count yang dilakukan oleh CSIS bersama Cyrus Network (CN), suara untuk Prabowo-Gibran hampir memimpin di seluruh wilayah Indonesia. Dukungan untuk pasangan yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju tersebut terpaut jauh dari pasangan lainnya. Arya menyebutkan bahwa pencapaian ini telah memenuhi syarat kemenangan dalam Pasal 6 (3) Undang-Undang Dasar 1945.

“Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa ‘Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara lebih dari lima puluh persen dari total suara dalam pemilihan umum dengan minimal dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden’,” paparnya.

Lebih lanjut, Arya menjelaskan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satunya adalah adanya split-ticket voting yang terjadi di kalangan pendukung partai koalisi Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.

“Kondisi tersebut tentu menguntungkan Prabowo. Ia tidak hanya mendapatkan suara dari basis partai pendukungnya, tetapi juga mendapatkan suara dari partai koalisi lainnya,” ucap Arya.

Pengaruh lain yang turut menyumbang angka kemenangan Prabowo-Gibran adalah persepsi positif masyarakat terhadap kinerja pemerintah dan ekonomi yang dinilai baik. Arya mengatakan bahwa masyarakat melihat hal ini dari peningkatan anggaran program bantuan sosial. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CSIS pada Desember 2023, sebanyak 86,1 persen percaya pada Presiden.

“Kemenangan Prabowo-Gibran juga dapat dilihat dari perubahan strategi tim kampanye yang menyasar kampanye di platform TikTok dan melibatkan influencer dalam tim kampanye nasional. Konten-konten Prabowo yang direproduksi di TikTok hampir selalu menjadi viral dan ditonton oleh puluhan juta orang,” tambah Arya.

Meski demikian, Arya menyebutkan bahwa potensi kemenangan Prabowo-Gibran sebenarnya sudah terdeteksi sejak awal, terutama berdasarkan hasil survei yang signifikan sejak November 2023. Ia menyatakan bahwa peta elektoral yang dinamis menjelang pemilu membuat tim dari pasangan lain harus berpikir strategis dan bahkan menekankan narasi bahwa pemilu dapat berlangsung lebih dari satu putaran.

“Dengan selisih suara yang tinggi, sangat sulit bagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Moh. Mahfud MD untuk mengejar suara Prabowo-Gibran yang terus meningkat. Yang masih bisa dilakukan saat itu adalah ‘memaksa’ agar pemilu presiden dapat berlangsung dua putaran,” jelas Arya.

CSIS, lanjut Arya, menganalisis bahwa dalam usaha untuk memenangkan hati pemilih, pasangan 01 dan 03 juga menggunakan strategi yang berbeda menjelang akhir masa kampanye.

“Untuk mempengaruhi sikap pemilih di akhir masa kampanye, Anies Baswedan memilih untuk meredakan ‘serangan’ dalam debat terakhir calon presiden. Sebaliknya, Ganjar justru semakin agresif dalam serangannya,” ujarnya.

Terakhir, Arya bersama CSIS mencatat bahwa Pemilu 2024 merupakan proses demokrasi yang menggenapkan perjalanan sejak reformasi 1998. Setelah periode tersebut, Indonesia telah menggelar enam kali pemilu. Ia menyatakan bahwa dengan segala kekurangan maupun kelebihannya, demokrasi masih menjadi pilihan terbaik bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan nasional dan internasional ke depan.

“Dalam setiap pemilu, kita melihat perubahan kekuasaan naik dan turun. Perubahan politik datang begitu cepat, sehingga kita harus segera beradaptasi. Meskipun demikian, demokrasi dengan segala catatannya, tetap menjadi pilihan terbaik untuk kita di masa mendatang,” katanya.

“Kita memerlukan seorang negarawan demokrat untuk memimpin lebih dari 270 juta penduduk di negeri ini, menghadapi tantangan domestik dan global yang semakin berat. Kita membutuhkan kabinet yang kompeten dan berpengalaman,” tambah Arya. (SENOPATI)

Source link