Belasan Napi Lapas Klas 2 A Kediri Mengupayakan Kemandirian Setelah Bebas Melalui Proses Asimilasi

by -60 Views
Belasan Napi Lapas Klas 2 A Kediri Mengupayakan Kemandirian Setelah Bebas Melalui Proses Asimilasi

Sejumlah Napi Lapas Klas 2A Kediri saat menjalani asimilasi. (Foto: istimewa)

SUARA INDONESIA, KEDIRI – Lembaga Pemasyarakatan Klas 2 A Kediri memiliki area untuk memberikan bekal narapidana saat keluar bebas dari masa hukuman, Setidaknya ada belasan Narapidana menjalani program asimilasi. Total ada 11 narapidana yang menjalani program tersebut. Asimilasi merupakan program bagi pengembalian yang tujuannya adalah mempersiapkan mereka kembali di masyarakat dengan cara kompensasi dibaurkan kepada masyarakat dalam menjalani sebagian masa pidananya di luar lapas.

Kalapas Klas IIA Kediri, Urip Dharma Yoga, mengatakan, ada 11 WBP yang menjalani kegiatan kemandirian di Lapas Kediri yang lokasinya sekitar 3 kilometer dari lokasi Lapas tepatnya di lereng Gunung Klotok, Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. “Setiap harinya ada 11 warga binaan pemasyarakatan kita yang memenuhi syarat baik syarat administratif maupun syarat substantif,” kata pria asal Purwokerto itu, kepada sejumlah awak media yang diajak ke tempat asimilasi WBP, di SAE Lakuli Klotok, Senin (14/10/2024).

“Mereka kita ajak ke sini (lokasi kebun) dipekerjakan untuk membuat tempe, ternak ikan seperti lele dan nila, menanam sayur, beternak kambing, pertukangan kayu, mengelas serta tempat pemotongan ayam,” lanjutnya. Ditegaskan Urip, dari hasil produktivitas mereka, apabila nanti menghasilkan suatu materi, maka ada PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) setiap bulannya untuk Negara dari hasil penjualan. Warga binaan-pun juga dapat upah premi. “Namun rata-rata warga binaan tidak menggunakan preminya. Mereka bilang nanti saja Pak, saya tabung dulu setelah saya pulang atau pada saat keluarganya datang ke sini dia bisa memberikan oleh-oleh kepada anak-anaknya,” katanya.

“Walaupun dia hanya sebatas membelikan tas sekolah atau pulpen untuk sekolah atau buku, itu sangat berharga untuk anak dan dia sendiri merasa ada rasa tanggung jawab sebagai bapak,” imbuhnya. Lanjut Urip, bahwa lokasi untuk asimilasi WBP, selain cukup asri juga memiliki tempat ibadah khusus dan di sini warga binaan juga tetap memiliki hak untuk dikunjungi keluarganya. Mantan Kalapas Wonogiri itu juga bercerita bahwa ketika dirinya menjadi Kalapas Wonogiri, pernah membuat tanah tandus menjadi lahan pertanian yang bisa menghasilkan uang. Waktu itu, ia minta bantuan Kodim Wonogiri untuk menata lahan berbukit seluas sekitar satu hektar menjadi lahan pertanian. Setelah lahan pertanian jadi, ada sebuah perusahaan bibit jagung yang membantu bibit dan pupuk.

“Pekerjanya tentu saja para WBP yang akan bebas sekalian diajari cara bercocok tanam untuk bekal ketika mereka kembali ke masyarakat,” pungkasnya. (*)

ยป Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta: Phepen

Editor: Mahrus Sholih