Suksesnya Keturunan Yahudi Mendapatkan Kekayaan dan Menguasai Tanah di Jakarta

by -361 Views

Bangsa Yahudi hidup tersebar di seluruh dunia. Mereka mencari peruntungan di tempat baru tempat mereka tinggal. Salah satu tempat yang menjadi tujuan mereka adalah Indonesia. Sejarah mencatat bahwa ada banyak orang Yahudi yang hidup dan mencari nafkah di Indonesia, salah satunya adalah Leendert Miero.

Leendert Miero memiliki nama asli Jehoeve Leip Benjegiehel Snijder. Dia adalah seorang Yahudi yang berasal dari Rusia dan tiba di Hindia Belanda pada tahun 1775. Kedatangannya di Hindia Belanda adalah untuk bergabung dengan tentara VOC.

Selama bertugas, Miero hanya menjaga keamanan tanpa tugas lain. Namun, pada satu hari di tahun 1778, Miero melakukan kesalahan fatal. Dia tertidur saat ditugaskan menjaga rumah mewah milik pejabat VOC bernama Reiner de Klerk.

Tidak puas dengan kesalahan yang dilakukan oleh tentaranya, Reiner marah dan memukuli Miero sebanyak 50 kali. Miero merasakan sakit yang amat sangat akibat pukulan tersebut. Pada keadaan seperti itu, Miero mengeluarkan sumpah serapah bahwa suatu hari dia akan membeli seluruh rumah dan tanah itu dengan menyebut nenek moyang Abraham, Ishak dan Yakub.

Seperti yang dijelaskan dalam buku “Jakarta: History of Misunderstood City” (2020) karya Herald van de Linde, Miero ingin menepati sumpahnya dengan mengundurkan diri dari tentara dan menjadi seorang pengusaha. Ia yakin bahwa menjadi seorang pengusaha adalah cara terbaik untuk meraih kekayaan.

Setelah itu, Miero mulai berdagang emas dan membuka toko di sekitar Glodok. Selain itu, dia juga menjadi rentenir. Seperti Yahudi lainnya, Miero memiliki tekad kuat untuk mencapai mimpinya. Tanpa memedulikan rintangan apa pun, dia terus bekerja keras. Akhirnya, dia berhasil menjadi sangat kaya.

Menurut Adolf Heuken dalam bukunya “Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta” (2016), kekayaannya memungkinkan Miero untuk membeli apa pun yang diinginkannya. Mulai dari toko, tanah, dan rumah-rumah, termasuk rumah yang disebutkan dalam sumpahnya.

Ketika Miero berhasil sukses, majikan yang dulu memukulinya sudah meninggal. Hanya istrinya yang masih hidup. Tanpa ragu, Miero segera membalas dendam dengan membeli seluruh rumah yang dulu dimiliki oleh majikannya pada tahun 1818. Kemudian, dia hidup sebagai orang kaya raya di Batavia.

“Saat menguasai rumah tersebut, Miero sering mengadakan pesta besar sebagai perayaan dan mengingat kembali saat dia menerima pukulan,” tulis Herald van de Linde.

Selain memiliki rumah itu, Miero juga memiliki rumah dan tanah yang sangat luas sekitar 25 km di selatan Batavia, yang merupakan milik seorang pejabat Belanda. Di tanah itu, dia memiliki sebuah rumah besar yang sering disebut sebagai ‘Pondok Gede’ oleh orang-orang.

Miero dikenal sebagai seorang juragan tanah. Hidupnya berakhir pada 10 Mei 1834. Hartanya kemudian diwariskan kepada anak-anaknya. Saat ini, tanah dan rumah yang dulu ditempati oleh Miero telah menjadi kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.