Mengungkap Alasan Kenapa Orang Yahudi memiliki Prestasi Intelektual, Kekayaan, dan Kesuksesan

by -892 Views

Bicara tentang kesuksesan, menarik untuk menyimak perjalanan dari bangsa Yahudi. Pasalnya, secara empiris banyak dari mereka yang telah mencapai berbagai prestasi.

Selama abad ke-20, banyak orang Yahudi di Barat yang berhasil menjadi tokoh intelektual dan mencapai kelas ekonomi tertinggi. Banyak dari mereka juga berhasil meraih penghargaan Nobel, termasuk fisikawan terkenal keturunan Yahudi, Albert Einstein, yang memenangkan Nobel Fisika pada tahun 1921.

Bahkan riset Paul Burstein dalam “Jewish Educational and Economic Success in the United States” (2007) menunjukkan bahwa secara khusus di Amerika Serikat, bangsa Yahudi lebih sukses secara ekonomi dan pendidikan dibandingkan kelompok bangsa dan ras lainnya.

Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa rahasianya?

Menurut Richard Lynn dan Satoshi Kanazawa dalam “How to explain high Jewish Achievement” (2008), salah satu faktor kesuksesan bangsa Yahudi adalah adanya nilai-nilai budaya yang kuat. Bagi keluarga Yahudi, kesuksesan adalah tujuan utama yang harus dicapai oleh setiap anak dalam setiap generasi. Oleh karena itu, setiap orang tua mendorong anak-anak mereka untuk mencapai kesuksesan.

Bahkan sejak anak masih dalam kandungan, pendidikan prenatal dilakukan oleh orang tua Yahudi. Pendekatan ini melibatkan mendengarkan musik klasik dan berbicara dengan bayi yang masih dalam kandungan. Mereka percaya bahwa pendekatan ini dapat merangsang kecerdasan emosional dan intelektual bayi.

Selain itu, para ibu bayi Yahudi juga banyak membaca buku dan mempelajari matematika selama masa kehamilan. Mereka percaya bahwa langkah-langkah ini dapat mengembangkan kecerdasan intelektual bayi. Nutrisi yang baik juga diperhatikan oleh ibu bayi Yahudi, dengan mengonsumsi makanan bergizi seperti ikan dan sayur-mayur.

Setelah bayi lahir, mereka selalu diberi motivasi dan semangat untuk membaca. Mereka percaya bahwa literasi adalah kunci untuk menghindari kebodohan. Sejarah juga membuktikan hal ini, terutama pada masa Kekhalifahan Islam Abbasiyah, di mana bangsa Yahudi yang mengalami penghancuran kuil mereka kemudian terinspirasi untuk membaca dan melepaskan diri dari buta huruf.

Dengan literasi dan kecerdasan yang luar biasa, mereka meninggalkan pekerjaan di sektor pertanian dan beralih ke sektor pendidikan dan literasi. Mereka percaya bahwa dengan fokus pada pendidikan dan literasi, mereka dapat mencapai kemakmuran dalam hal pendapatan.

Tidak hanya Richard Lynn dan Satoshi Kanazawa, sejarawan Jerry Z. Muller juga berpendapat bahwa kesuksesan orang Yahudi terkait erat dengan diskriminasi yang mereka alami. Diskriminasi ini menghasilkan dua hal yang penting.

Pertama, mereka memiliki jaringan sosial yang kuat di antara sesama Yahudi. Jaringan ini membuka peluang bagi mereka dalam mencari kerja dan memulai bisnis baru.

Kedua, mereka belajar untuk melihat peluang baru yang tidak diminati oleh banyak orang lain. Mereka menjadi pedagang atau menciptakan penemuan baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya.

Melalui kreativitas, mereka menciptakan penemuan baru yang berkontribusi pada kecerdasan intelektual. Semua ini berujung pada kesuksesan yang membawa mereka pada kemakmuran dan kekayaan.

Pada dasarnya, pendidikan dan budaya yang kuat, disertai dengan kreativitas dan sikap optimis dalam menghadapi diskriminasi, menjadi faktor penting yang mengantarkan bangsa Yahudi pada kesuksesan yang mereka capai hingga sekarang.