Polresta Banyuwangi bersama BPBD menyiagakan peralatan siaga bencana menghadapi musim penghujan, Senin (4/12/2023).
SUARA INDONESIA, BANYUWANGI – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi menginformasikan jika Banyuwangi telah memasuki musim hujan. Masyarakat diminta untuk waspada potensi cuaca ekstrem selama musim basah ini. Karena dapat memicu terjadinya bencana. Seperti pohon tumbang, banjir hingga longsor. BMKG menyatakan bahwa puncak musim hujan di Banyuwangi masih akan terjadi pada Januari-Februari 2024. Guna mengantisipasi bencana di musim penghujan, sejumlah stakeholder kini mulai siaga. Seperti Polresta Banyuwangi hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Personel Polresta Banyuwangi mulai disiapkan untuk siaga bencana. Pun dengan peralatannya. Siaga bencana menggandeng jajaran BPBD dan TNI. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, ketika musim hujan, sejumlah wilayah Banyuwangi rawan terjadi bencana. Mulai banjir, angin kencang hingga tanah longsor. Yang membahayakan lagi, musim hujan tahun ini bersamaan momen tahapan pemilu. “Berdasarkan perkiraan BMKG, curah hujan tinggi akan terjadi hingga Februari. Ini rawan yang bersamaan tahapan Pemilu,” kata Kabag Operasional Polresta Banyuwangi, Kompol Idham Kholid usai apel gelar pasukan dan peralatan siaga bencana di Mapolresta Banyuwangi, Senin (4/12/2023). Selain menyiagakan pasukan, Polresta bersama BPBD menyiapkan seluruh peralatan bencana. Sehingga, ketika sewaktu-waktu terjadi peristiwa bencana, personel dan peralatan sudah siaga. “Apel kesiapsiagaan bencana ini untuk konsolidasi dan koordinasi, serta mengecek sarana, prasarana mengantisipasi bencana hidrometeorologi,” jelasnya.
Dari perkiraan BMKG, memasuki Desember, curah hujan diperkirakan akan terus meningkat. Lalu, berlanjut hingga Januari hingga Februari. Peningkatannya, mencapai 20 – 70 persen. Kondisi ini dipicu dampak La Nina. Mengantisipasi kejadian bencana, pihaknya bersama pihak terkait akan segera membuat posko siaga bencana. “Posko ini akan diisi seluruh elemen terkait. Tugasnya, memonitor situasi. Ketika darurat, bisa melakukan Tindakan cepat,” tegasnya.
Sejumlah lokasi yang dianggap rawan adalah aliran sungai, wilayah pantai dan kawasan lereng pegunungan. “Wilayah pegunungan dan aliran sungai harus kita antisipasi. Ini wilayah rawan bencana,” tegasnya lagi. Pihaknya juga melakukan sosialisasi keselamatan ke masyarakat. Sehingga, mereka ikut siaga sebelum bencana muncul. Kesiagaan lainnya, pihaknya mulai memetakan mitigasi bencana. Lalu, menyiapkan Langkah penyelamatan. Sehingga, ketika terjadi bencana, proses evakuasi tidak terkendala lokasi atau lainnya. “Pola penyelamatan dan evakuasi ini juga penting,” pungkasnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta: Muhammad Nurul Yaqin
Editor: Mahrus Sholih