JEMBER – Praktik reportase yang melanggar etika masih terus terjadi, terutama di daerah pedesaan. Kepala Desa Ledokombo, Ipung Wahyudi, mengungkapkan bahwa dirinya menjadi korban dari praktik reportase lancung yang tidak berimbang. Berita yang dimuat oleh salah satu media daring tersebut mengenai proyek pembangunan tandon air dan pipanisasi di desanya dianggap tidak akurat dan cenderung menghakimi.
Ipung Wahyudi akan mengadukan media yang telah menerbitkan berita tersebut ke Dewan Pers dan akan mengambil langkah hukum lebih lanjut. Dia juga merasa kesulitan karena tidak bisa menemukan informasi kontak redaksi untuk mengirimkan hak jawab. Dia ingin menjelaskan bahwa proyek pembangunan tersebut dibiayai sepenuhnya menggunakan dana desa dan tidak terdapat double accounting seperti yang disebutkan dalam berita.
Selain itu, seorang pria yang disebut-sebut sebagai narasumber dalam berita tersebut, Aris Budiyono alias Pak Hot juga mengaku tidak pernah diwawancarai dan informasinya dipelintir. Dia akan melakukan klarifikasi ke pemerintah desa serta berusaha menghubungi penanggung jawab redaksi media siber tersebut. Jika tidak ada klarifikasi dan permintaan maaf terbuka, mereka akan melaporkan ke Dewan Pers dan mengambil langkah hukum.
Dugaan bahwa media daring dan LSM yang berkomentar dalam berita tersebut bekerjasama untuk mencari-cari kesalahan kepala desa juga terungkap. Mereka tidak hanya memberitakan kekurangan kepala desa, tetapi juga sering membuat laporan ke APH.bagai langkah awal, klarifikasi akan dilakukan kepada pemerintah desa dan media siber tersebut serta surat somasi akan dikirimkan untuk meminta klarifikasi dan permintaan maaf terbuka. Jika tidak ada respons, mereka akan melanjutkan ke jalur hukum sesuai prosedur yang berlaku.